Wiloo! Wiloo!
Ini cerita beberapa tahun yang lalu, ketika sedang ramai²nya kampanye Pemilu. Tutut sedang giat berkampanye di sebuah kota kecil di Irian Jaya. Ribuan rakyat dikumpulkan oleh Pemda buat menyambut beliau di lapangan kota W. Bendeta dan umbul² dipasang. Meriah. Dan rupanya suatu kebiasaan di situ bahwa rakyat dengan gegap gempita menyambut setiap ucapan para pembesar. Tutut berpidato: "Saudara², dalam rangka pembangunan nasional, pemerintah akan meningkatkan usaha untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur!".
Rakyat setempat: "Wiloo², wiloo²!". Tutut meneruskan: "Jangan sampai saudara² mau dihasut oleh gerakan separatis yang ingin mengacaukan stabilitas!". Rakyat setempat: "Wiloo²!". Tutut lagi: "Hidup Soeharto!". Rakyat setempat: "Wiloo²!". Tutut: "Hidup Soeharto!". Rakyat setempat: "Wiloo²!". Pidato selesai Tutut turun mimbar dan langsung diantar berkeliling me-lihat² desa² di dekat sini, untuk memberi kesan baik, ia tidak hanya ingin mengunjungi hal² yang sudah ditata. Suatu kali ia nekad masuk ke sebuah rumah dan langsung ke halaman belakang untuk melihat bagaimana babi² dikandangkan di tempat itu. Ini membuat cemas Pak Bupati, orang asli, yang segera mencoba memberi tahu Tutut: "Maaf, Ibu, jangan masuk ke situ. Nanti kalau Ibu terinjak wiloo²! Wiloo² itu bau sekali, Ibu!"
Selasa, 02 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar