Selasa, 03 Juni 2008

Dinasti Qing

Dinasti Qing yang berkuasa antara tahun 1644 dan 1911 adalah dinasti terakhir dalam sejarah Tiongkok dengan sepuluh kaisar berturut-turut naik takhta di Beijing dengan masa berkuasanya berlangsung selama 268 tahun.

Luas wilayah Dinasti Qing pada masa puncaknya pernah mencpai 12 juta kilometer persegi. Pada tahun 1644, pasukan pemberontakan pimpinan Li Zicheng menyerbu masuk ke Beijing dan menggulingkan pemerintahan Dinasti Ming. Kaisar terakhir Dinasti Ming, yaitu Kaisar Chongzhen gantung diri di sekitar istana. Pasukan Dinasti Qing menggunakan kesempatan runtuhnya pemerintah Dinasti Ming menyerbu masuk dari Benteng Shanghaiguan, tempat strategis yang sebelumnya dikuasai oleh pasukan Dinasti Ming, dan mengalahkan pasukan pemberontakan petani Li Zicheng. Setelah itu, Dinasti Ming memindahkan ibu kotanya dari Shengjing (Shenyang sekarang) Tiongkok Timur Laut ke Beijing. Setelah itu, pasukan Dinasti Qing berangsur-angsur menindas pasukan pemberontakan petani dan kekuatan-kekuatan anti Dinasti Ming sehingga setapak demi setapak menyatukan Tiongkok.

Pada awal masa berkuasanya, pemerintah Dinasti Qing mengambil kebijakan yang menganjurkan penggarapan tanah tandus serta mengurangi dan membebas pajak sehingga masyarakat dan ekonomi baik di pedalaman maupun di daerah perbatasan mengalami perkembangan tertentu. Sampai pada pertengahan abad ke-18, ekonomi feodal mencapai satu puncak yang baru dan masa itu dipuji sejarahwan sebagai “Masa Makmur Kangxi, Yongzheng dan Qianlong”. Pada waktu itu, sistem monarki pemerintah pusat berkembang lebih lanjut, kekuatan negara meningkat, tata tertib sosial stabil. Pada akhir abad ke-18, jumlah penduduk di Tiongkok sudah mencapai 300 juta jiwa kurang lebih.

Tahun 1661, Zheng Chenggong memimpin armada menyeberangi Selat Taiwan dan mengalahkan kolonialis Belanda yang sudah bercokol di Taiwan selama 38 tahun. Pada awal tahun kedua, kolonialis Belanda menyerah diri dan Taiwan kembali ke pangkuan tanah air.

Pada akhir abad ke-16, Rusia Tsar mengadakan ekspansi ke timur. Pada waktu tentara Dinasti Qing menyerbu masuk ke pedalaman, pasukan Rusia Tasar dengan menggunakan kesempatan itu menduduki Yaksa dan Nibuchu?. Pemerintah Dinasti Qing berkali-kali menuntut agresor Rusia Tasar menarik diri dari wilayah Tiongkok. Tahun 1685 dan 1686, Kaisar Kangxi memerintahkan tentara Dinasti Qing dua kali menyerbu pasukan Rusia Tsar di Yaksa. Tentaran Rusia terpaksa menyetujui mengadakan perundingan untuk menyelesaikan masalah perbatasan sektor timur Tiongkok-Rusia. Tahun 1689, wakil-wakil Tiongkok dan Rusia mengadakan prundingan di Nichersink? Dan secara resmi menandatangani perjanjian perbatasan pertama, yaitu Perjanjian Nibuchu?

Pada masa pertengahan berkuasanya Kaisar Qianlong, tentara Dinasti Qing menaklukkan kekuatan-kekuatan separatis di Xinjiang Tiongkok Barat Laut dan berhasil menyatukan daerah tersebut. Sementara itu, pemerintah Dinasti Qing mengambil serentetan kebijakan untuk mengembangkan ekonomi, kebudayaan dan hubungan lalu lintas di daerah perbatasan.

Sebelum masa berkuasanya Kaisar Daoguang. pemerintah Dinasti Qing pernah mencapai prestasi gemilang di bidang kebudayaan dengan munculnya banyak pemikir dan pujangga yang terkemuka, antara lain, Wang Fuzhi, Huang Zongxi dan Cao Xueqin. Ensiklopedia Siku dan Kumpulan Buku Zaman Kuno Dan Zaman Sekarang, yang merupakan kitab berpengaruh besar yang disusun oleh pemerintah. Di bidang iptek, Dinasti Qing juga mencapai taraf yang cukup tinggi, khuusnya di bidang arsitektur.

Pada masa Dinasti Qing, pemerintah tetap menjunjung kebijakan pengembangan pertanian sebagai kebijakan pokoknya, tapi dalam hubungan dengan luar negeri, Dinasti Qing sangat terisolasi karena cenderung menutup diri.

Setelah masa pertengahan, berbagai kontradiksi masyarakat Dinasti Qing mulai meruncing, sementara itu perjuangan pemberontakan juga kerap kali terjadi, di antaranya pemberontakan Balianjiao mengakhiri masa emas pemerintahan Dinasti Qing.

Akibat Perang Opium pada tahun 1840 dan agresi imperialisme setelah itu, pemerintah Dinasti Qing terpaksa menandatangani serentetan perjanjian pincang dengan agresor. Berdasarkan perjanjian-perjanjian pincang tersebut, Tiongkok berangsur-angsur terjerumus ke dalam sosial semi feodal dan semi kolonial. Pada akhir masa Dinasti Qing, pemerintahannya sangat bobrok dan pikirannya kaku. Tiongkok pada waktu kelihatannya seperti pengecut yang penuh rasa rendah diri sehingga setapak demi setapak memasuki masa bangkrut dan rakyatnya hidup dalam kesengsaraan. Dengan demikian di Tiongkok meletuslah serentetan gerakan anti imperialisme dan feodalisme, antara lain, pembeorntakan Taiping Tianguo dan Nianjun. Untuk menyelamatkan kekuasaannya, kelas pengusasa juga mengadakan sebagian kegiatan reformasi di tubuh intern, misalnya Gerakan Belajar Ilmuwan Barat dan Reformasi Wuxu, dengan tujuan membawa Tiongkok ke jalan makmur dan merdeka, tapi upaya itu semuanya berakhir dengan kegagalan. Pada waktu itu tak terbilang banyaknya tokoh berjuang bermandi darah untuk menyelamatkan bangsa dari krisis. Sejarah modern Tiongkok merupakan suatu masa yang penuh patriotisme. Tahun 1911, kekuasan Dinasti Qing digulingkan oleh Revolusi Xinhai. Dengan demikian berakhirlah sistem kekaisaran feodal yang sudah berlangsung selama dua ribu tahun lebih. Tiongkok pun mulai maju ke satu periode yang baru.

Tambahan info :

http://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Qing

Tidak ada komentar: