Selasa, 02 Februari 2010

Test psikologi situasi (bagus untuk dicoba, selamat mencoba....)
Jgn lupa siapkan pulpen dan kertas, dan jgn liat jawaban yang dibawah dulu yach.. ok!

Good luck..

Situasi:

Kamu berada di dalam hutan. Saat berjalan kamu melihat gubuk tua di sana .
(1) Apa kondisi pintu gubuk? ( Terbuka / Tertutup )

Kamu masuk ke dalam gubuk dan melihat sebuah meja.
(2) Apa bentuk meja tersebut? ( Bulat / Oval / Segiempat / Bujursangkar / Segitiga )

Di atas meja, ada sebuah pot bunga. Di dalamnya ada air.
(3) Berapa banyak air yang terisi? ( Penuh / Setengah / Kosong )
(4) Dan pot tersebut terbuat dari apa? ( Kaca / Porselen / Tanah / Besi / Plastik / Kayu )

Kamu berjalan keluar gubuk. Saat berjalan kamu melihat sebuah air
terjun dari jauh. Ada air yang mengalir ke bawah.
(5) Seberapa cepat airnya terjun ke
bawah? (Pilih sebuah angka dari 0 sampai 10)

Kamu terus melangkah. Kamu menginjak sesuatu yang keras di tanah. Saat kamu melihat ke bawah, kamu melihat kilauan warna emas. Kamu membungkuk dan mengambilnya. Itu adalah gantungan kunci dengan kunci-kuncinya.
(6) Ada berapa banyak kunci yang kamu lihat di gantungan kunci tersebut? (Pilih sebuah angka dari 1 sampai 10)

Kamu terus melangkah. Mencoba mencari jalan keluar dari hutan. Tiba-tiba kamu melihat sebuah kastil.
(7) Bagaimana kondisi kastil tersebut? ( Tua / Baru )

Kamu memasuki kastil dan melihat sebuah kolam berisi air, tampak kotor dan di dalam tampak batu-batu permata berkilauan.
( Apakah kamu akan mengambil batu permata itu? ( Ya / Tidak )

Di samping kolam tadi, ada kolam yang lain dengan air yang bersih dan di permukaan tampak uang kertas mengambang.
(9) Apakah kamu akan mengambil uang tersebut? ( Ya / Tidak )

Berjalan
sampai ujung kastil ada sebuah pintu keluar. Kamu melewatinya dan berjalan keluar kastil. Di luar, ada sebuah taman besar, kamu melihat sebuah kotak di atas tanah.
(10) Apa ukuran kotak tersebut? ( Kecil / Sedang / Besar )
(11) Terbuat dari apakah kotak tersebut? ( Karton / Kertas / Kayu / Besi )

Ada sebuah jembatan di taman agak jauh dari kotak.
(12) Terbuat dari apakah jembatan itu? ( Besi / Kayu / Rotan )

Di seberang jembatan, ada seekor kuda.
(13) Apakah warna kuda tersebut? ( Putih / Abu-abu / Coklat / Hitam )
(14) Apa yang sedang dilakukan kuda? ( Diam / Makan Rumput / Lari Kesana Kemari )

Oh tidak!! Sebuah tornado datang. Jaraknya agak jauh dari kuda.
Kamu punya 3
pilihan:
(i) Lari dan bersembunyi di dalam kotak?
(ii) Lari dan bersembunyi di bawah jembatan?
(iii) Lari ke arah kuda, menaikinya dan memacu kudanya sejauh mungkin?
:
:
Coba jawab dulu.. Baru lihat jawabannya.. .
Udah gitu baru ketahuan kamu termasuk tipe orang yang seperti gimana...

Berikut adalah penjelasannya:
(1) Pintu:
Pintu Terbuka - kamu orang yang suka sharing
Pintu Tertutup - kamu orang yang suka menyimpan segalanya untuk diri sendiri

(2) Meja:
Bulat/Oval - teman manapun
yang datang, kamu akan terima dan mempercayai mereka sepenuhnya
Bujursangkar/ Segiempat - kamu agak pemilih soal teman dan hanya berteman dengan mereka yang selevel dengan kamu
Segitiga - kamu sangat pemilih soal teman dan kamu tidak punya banyak teman di kehidupan kamu

(3) Air di dalam pot:
Kosong - hidup kamu kosong
Setengah Terisi - apa yang kamu inginkan dalam hidupmu cuma setengah terpenuhi
Penuh - hidup kamu terisi penuh dan ini sangat baik bagimu

(4) Bahan baku pot:
Kaca/Tanah/Porselin - kamu lemah dalam hidup ini dan cenderung rapuh

Besi/Plastik/ Kayu - kamu kuat dalam hidup ini

(5) Aliran air terjun:
0 - tidak ada gairah seks
1 ke 4 - gairah seks rendah
5 - gairah seks rata-rata
6 ke 9 - gairah seks tinggi
10 - gairah seks
tinggi!!! Tidak bisa hidup tanpa seks...

(6) Kunci:
1 - kamu punya satu teman baik dalam hidupmu
2 ke 5 - kamu punya sedikit teman baik dalam hidupmu
6 ke 10 - kamu punya banyak teman baik

(7) Kastil:
Tua - menunjukkan bahwa hubungan terakhir kamu tidak baik dan tidak kamu ingat dalam memorimu
Baru - hubungan terakhir kamu baik dan masih hangat dalam memorimu

(8) Batu permata:
YA - ketika pasanganmu di dekat kamu, kamu akan melirik yang lain.
TIDAK - ketika pasanganmu di dekat kamu, kamu akan berada di dekat dia terus

(9) Uang kertas:
YA - bahkan ketika pasangan kamu tidak ada, kamu masih akan melirik yang lain.
TIDAK - bahkan ketika pasangan kamu tidak
ada, kamu masih memikirkan dia
dan akan tetap setia padanya, tidak melirik yang lain.

(10) Ukuran kotak:
Kecil - ego kecil
Sedang - ego rata-rata
Besar - ego tinggi

(11) Bahan baku kotak:
Karton/Kertas/ Kayu (tidak berkilauan) - kepribadian rendah hati
Besi - kepribadian tinggi hati

(12) Bahan baku jembatan:
Jembatan Besi - punya ikatan yang sangat kuat dengan teman-temanmu
Jembatan Kayu - ikatan dengan tidak teman-temanmu tidak begitu kuat/sedang- sedang aja
Jembatan
Rotan - kamu tidak punya ikatan dengan teman-temanmu

(13) Warna kuda:
Putih - kamu benar-benar suka/mencintai pasanganmu
Abu-abu/Coklat - kamu hanya setengah suka/cinta pasanganmu
Hitam - kamu tidak
benar-benar suka/cinta pasanganmu

(14) Apa yang sedang dilakukan kuda:
Diam/Makan Rumput - pasanganmu type rumahan dan orang yang sederhana
Lari Kesana-Kemari - pasanganmu type yang liar

Ini bagian paling akhir tapi yang paling penting dari
test ini.

Di akhir cerita... tornado datang... Apa yang akan kamu lakukan?
Hanya ada 3 pilihan:
(i) lari dan bersembunyi di dalam kotak?
(ii) lari dan bersembunyi di bawah jembatan?
(iii) lari ke arah kuda, menaikinya dan memacu kudanya sejauh mungkin?

Apa yang kamu pilih? Arti simbol-simbol di atas sebagai berikut:
Tornado - masalah-masalah dalam hidupmu
Kotak - kamu
Jembatan - teman-temanmu
Kuda - pasanganmu

(i) Jadi, kalau kamu pilih kotak, artinya
kamu suka menyimpan
masalah-masalahmu untuk dirimu sendiri kapanpun kamu ketemu masalah.
(ii) atau jika kamu pilih jembatan, kamu akan mencari teman-temanmu kapanpun kamu ketemu masalah.
(iii) atau yang terakhir jika kamu memilih kuda, kamu akan mencari pasanganmu kapanpun kamu ketemu masalah
Biarpun orang bodoh bergaul dengan orang bijaksana selama hidupnya
ia tidak akan mengerti Dharma,
hanya dengan menyadari kekurangannya dan mau berubah;
ia akan menjadi bijaksana.
Jangan pernah melupakan kebaikan orang lain
sekecil apapun kebaikan itu.
Jangan pernah mengingat kesalahan orang lain
sebesar apapun kesalahan itu menurut kita.
http://www.geocities.com/bbcid1/bukusyukur.htm

semoga kita semua memiliki rasa katannu, istilah Pali untuk kata: bersyukur (gratitude).
mari menggunakan Dharma sebagai cermin bagi diri kita sendiri.



By : Zen
NIDHIKANDA SUTTA

Walaupun harta seseorang ditimbun dalam-dalam di dasar sumur, dengan tujuan: bila suatu saat diperlukan untuk pertolongan, harta yang disimpan itu dapat digunakannya. Atau ia berpikir; "Untuk membebaskan diri dari kemarahan raja, atau untuk uang tebusan bila aku ditahan sebagai sandera, atau untuk melunasi hutang-hutang bila keadaan sulit, atau mengalami musibah".

Inilah alasan-alasan seseorang untuk menimbun harta. Meskipun hartanya ditimbun dalam-dalam di dasar sumur, sama sekali tidak akan mencukupi semua kebutuhannya untuk selama-lamanya.

Jika timbunan harta itu berpindah tempat, atau ia lupa dengan tanda-tandanya, atau bila "Naga-Naga" mengambilnya, atau Yakkha-Yakkha mencurinya. Mungkin juga timbunan itu dicuri oleh sanak keluarga, atau ia tidak menjaganya dengan baik, atau bila buah KAMMA baiknya telah habis, semua hartanyapun akan lenyap.

Gemar berdana dan memiliki moral yang baik, dapat menahan nafsu serta mempunyai pengendalian diri, adalah timbunan "Harta" yang terbaik, bagi seorang wanita maupun pria. "Harta" tersebut dapat diperoleh dengan berbuat kebajikan, kepada cetiya-cetiya atau Sangha, kepada orang lain atau para tamu, kepada Ibu dan Ayah, atau kepada orang yang lebih tua.

Inilah "Harta" yang disimpan paling sempurna, tidak mungkin hilang, tidak mungkin ditinggalkan, walaupun suatu saat akan meninggal, ia tetap akan membawanya. Tak seorangpun yang dapat mengambil "Harta" itu, perampok-perampokpun tidak dapat merampasnya. Oleh karena itu, lakukanlah perbuatan-perbuatan bajik karena inilah "Harta" yang paling baik.

Inilah "Harta" yang sangat memuaskan, yang diinginkan para dewa dan manusia, dengan buah kebajikan yang ditimbunnya, apa yang diinginkan akan tercapai. Wajah cantik dan suara merdu, kemolekan dan kejelitaan, kekuasaan dan pengikut, semua diperoleh berkat buah kebajikan itu. Kedaulatan dan kekuasaan kerajaan besar, kebahagiaan seorang raja Cakkavati, atau kekuasaan dewa di alam surga, semuanya diperoleh berkat buah kebajikan itu.

Setiap kejayaan manusia, setiap kebahagiaan surga, bahkan kesempurnaan Nibbana, semuanya diperoleh berkat buah kebajikan itu. Memiliki sahabat-sahabat sejati, memiliki kebijaksanaan dan mencapai pembebasan, semuanya diperoleh berkat buah kebajikan itu.

Memiliki pengetahuan untuk mencapai pembebasan, mencapai kesempurnaan sebagai seorang siswa, menjadi Pacceka Buddha atau Samma Sambuddha, semuanya diperoleh berkat buah kebajikan itu.

Demikian besar hasil yang diperoleh dari buah kebajikan itu, oleh karenanya orang Bijaksana selalu bertekad untuk menimbun "Harta" kebajikan.

Menundukkan Keangkuhan

Pada jaman dahulu, di kala Raja Brahmadata bertahta di Negeri Baranasi, Sang Bodhisatta terlahir pada suatu keluarga brahmana. Berkembang menjadi pemuda, belajar Weda dan ilmu pengetahuan lainnya di Kota Takkasila. Setelah kedua orang tuanya meninggal dunia, ia memutuskan diri untuk ditahbiskan menjadi seorang Pertapa (Resi). Sang Resi amat rajin dalam berlatih bhavana hingga menguasai abhinna. Ia tinggal di hutan di kaki gunung Himalaya.

Pada suatu hari Sang Resi pergi mengembara keluar masuk hutan dan desa hingga akhirnya tiba di Kota Baranasi dan istirahat di taman kerajaan di pinggir kota. Pada pagi harinya, setelah memakai jubah dengan rapi, Sang Resi pergi menuju kota untuk menerima dana makanan dari penduduk kota. Di kota itulah Raja Brahmadata melihat Sang Resi yang membuatnya menaruh perhatian dan tertarik akan kharisma Sang Resi yang memancarkan kebijaksanaan.

Karena rasa ketertarikkannya itu, Raja memerintahkan seorang pengawal untuk mengundang Sang Resi ke istana. Pengawal segera menemui Sang Resi dan berkata: "Pertapa yang mulia, saya diutus oleh Baginda untuk mengundang Anda."

Sang Resi tercengang atas undangan itu, karena ia belum pernah menginjakkan kaki ke istana barang sekalipun. Ia mengira pengawal salah alamat.

"Wahai Pengawal, saya bukanlah seorang pertapa yang biasa masuk istana. Saya adalah seorang pertapa dari Gunung Himalaya. Anda tentu salah mengundang orang."

Pengawal pun kembali menghadap raja dan menyampaikan apa yang diucapkan pertapa.

"Saya tidak salah mengundang beliau. Katakan pada beliau. Bahwa Raja mengundang beliau ke istana," tegas raja pada pengawalnya.

Pengawal pun kembali menemui Sang Resi dan menegaskan undangan raja. Setelah jelas bahwa dirinyalah yang diundang, maka pertapa pun memenuhi undangan itu dan masuk ke istana dengan diantar oleh pengawal. Raja menghormat Sang Resi dan mempersilakan duduk di tempat yang telah disediakan. Tak lupa pula dihidangkannya makanan dan minuman yang lezat lezat. Sesudah penyambutan yang layak itu dilakukan, raja pun bertanya:

"Selama ini Sang Resi tinggal di mana?"

"Biasanya saya tinggal di hutan di kaki Gunung HimalĂ ya," jawab Sang Resi.

"Lalu, saat ini Sang Resi hendak pergi ke mana?" Tanya raja pula.

"Saya sedang mencari tempat untuk menghabiskan musim hujan yang segera akan tiba,"

"Kalau demikian halnya, saya mengundang Sang Resi untuk tinggal di taman kerajaan. Saya akan merasa senang bisa berdekatan dengan seorang pertapa."

Raja pun memerintahkan untuk membangun tempat tinggal dan sala yang layak di taman kerajaan bagi Sang Resi. Segala keperluan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kehidupan kepertapaan dipenuhi oleh raja.

Sejak saat itu, setiap hari Raja mengunjungi pertapa untuk berbicara tentang ilmu kebajikan dalam menjalani kehidupan. Raja merasa batinnya lebih tenang dan tenteram sejak keberadaan Sang Resi di dekatnya.

Namun, ada satu masalah yang sejak dulu raja tak mampu memecahkannya. Raja mempunyai seorang putera bernama Duttha Kumara. Sebagai seorang pemuda tanggung, pangeran yang satu ini mempunyai perangai yang amat jelek. Angkuh, sombong, jahat dan kasar. Raja, para menteri, keluarga serta pengasuhnya, tak satu pun yang mampu mengajar dan membawanya ke jalan yang baik.

Akhirnya, raja berpikir: "Saya akan membawa anak itu pada pertapa di taman kerajaan. Kiranya hanya beliau yang mampu mengajar pangeran."

Maka, raja pun mengajak pangeran menemui Sang Resi dan berbisik: "Sang Resi, anak saya ini mempunyai perangai yang tak terpuji. Tolong Sang Resi mendidiknya agar ia bisa berubah menjadi orang baik. Kami sudah tak mampu lagi menasehatinya. Sang Resi tentu mempunyai cara untuk itu."

Setelah merasa cukup dalam pertemuan itu, raja pun kembali ke istana meninggalkan putranya bersama Sang Resi.

Pada suatu pagi yang cerah, Sang Resi mengajak pangeran menikmati udara segar serta berjalan-jalan berkeliling taman kerajaan. Ketika Sang Resi melihat tunas kecil Pohon Sadau (Intaran), ia berhenti. Tunas Pohon Sadau itu baru mempunyai dua helai daun saja, masih kecil. Sang Resi memetik kedua helai daun itu dan diberikan pada Sang Pangeran sambil berkata:

"Coba Pangeran kunyah daun ini. Bagaimanakah rasanya?"

Sang Pangeran pun dengan acuh tak acuh menerima dan memasukkannya ke dalam mulut lalu mengunyahnya. Tak berapa lama ia mengunyah, tiba-tiba dimuntahkannya Daun Sadau itu serta meludah-ludah.

Melihat itu Sang Pertapa pun bertanya, "Bagaimana rasanya?"

"Aduh, daun ini rasanya amat pahit bagaikan racun yang amat jahat!" keluh Sang Pangeran. Kemudian melanjutkan, "Baru tumbuh sekecil ini sudah sedemikian pahitnya. Bagaimana pula kalau sudah besar. Tentu mampu membunuh dan menyusahkan banyak orang," sambil mencabut tunas kecil Pohon Sadau itu dan dibuangnya jauh-jauh.

"Benar, Pangeran. Baru tumbuh sebagai tunas kecil ini saja ia sudah pahit bukan kepalang. Bagaimana pula bila sudah tumbuh besar nanti. Tentu tak seorang pun menyukainya. Begitu pula dengan dirimu, Pangeran. Bila Engkau bersifat seperti Pohon Sadau ini, siapa pula yang akan menyukaimu. Semakin tumbuh besar dan dewasa, orang semakin tak menyukaimu. Rakyat pun tak bersedia mempunyai raja yang lalim yang tak mampu melindungi rakyatnya dengan kasih sayang dan kebijaksanaan. Mereka tentu akan beramai-ramai mengusirmu seperti Engkau telah memuntahkan Daun Sadau itu dari mulutmu. Karenanya, sebelum terlambat, sebaiknya Engkau membuang sifat-sifat jelek dari dirimu. Persiapkan dirimu menjadi orang yang penuh welas asih dan bijaksana demi kebahagiaanmu serta kebahagiaan rakyatmu kelak."

Pangeran mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan menjadi sadar akan kekeliruannya. Sejak itu, ia pun banyak belajar dari Sang Resi, mempersiapkan diri untuk menggantikan ayahnya menjadi raja pada saatnya kelak.

Sumber : www.samaditthi.orr
Judul : Atthakatha Ekapanna Jataka, Ekanipata
Alih Bahasa : Hananto, edisi 2, Nov '00

Buletin Maya Indonesia, Dharma Manggala Edisi Agustus 2005
"Ia yang tidak bergembira dalam melihat kebahagiaan makhluk lain,
tidak memiliki bodhicitta dalam hatinya.
Sebagaimana ia yang marah kepada orang lain,
tidak memiliki kasih sayang dalam hatinya."

-Pujian Bodhicitta-
Gong xi fa cai: wish you prosperity
Xin nian kuai le: happy new year
Wan shi ru yi: ten of thousands matters will be accomplished/fulfilled/achieved
Xin chun gong xi: happy spring festival (kurang pas di Indonesia)
Thiam hok thiam siu: banyak rejeki dan panjang umur.
[music mode on]
jagalah hati, jangan kau nodai
jagalah hati, pelita hidup ini.
[music mode off]
Andaikanlah seorang musuh melukaimu dengan caranya sendiri,
mengapa engkau harus mengganggu dirimu sendiri dan
melukai pikiranmu dengan caramu sendiri?

Dengan cucuran air mata kau tinggalkan sanak keluargamu,
mereka yang selalu ramah dan siap menolong.
Mengapa engkau tidak meningggalkan musuh-musuhmu dan
kemarahanmu yang membawa begitu banyak kerugian?

Kemarahan yang kau dekap akan menggerogoti
setiap akar dari segala kebajikan yang kau kembangkan.
Siapakah yang akan menjadi sedemikian bodoh seperti itu?

Orang lain melakukan perbuatan jahat, dan engkau menjadi marah.
Mengapa? Apakah engkau akan mengikuti tindakannya, dan berbuat seperti yang ia perbuat?

Andaikan seseorang merayu, menganjurkan engkau untuk berbuat jahat,
mengapa membiarkan kemarahan timbul dan melakukan hal yang ia ingin engkau lakukan?

Jika engkau marah, mungkin ia akan menderita, mungkin pula tidak.
Tetapi dengan merasakan kemarahanmu sendiri,
pastilah engkau merasakan penderitaan.

Jika seorang musuh yang telah dibutakan oleh kemarahan
dengan gembira berjalan di dalam kesengsaraan,
apakah engkau akan mengikuti mereka dengan membangkitkan kemarahan pada dirimu sendiri?

Jika seorang menghasut dirimu untuk melukai dirimu sendiri dengan membangkitkan kemarahan,
biarkanlah kemarahan itu mereda, jangan merugikan dirimu sendiri dengan hal yang tak perlu.

VISUDDHIMAGGA
Demikian yang telah saya dengar: Pada saat itu Sang Buddha berdiam di dekat Savatthi di Hutan Jeta di vihara Anathapindika. Ketika hari menjelang siang, setelah mengenakan jubah dan mengambil mangkuk, Sang Buddha pergi ke Savatthi untuk mengumpulkan makanan. Pada waktu itu, di rumah brahmana pemuja-api yang bernama Aggika-Braradvaja, api dinyalakan dan benda-benda untuk kurban telah disiapkan.

Kemudian Sang Buddha, yang berjalan dari rumah ke rumah, sampai ke tempat tinggal brahmana itu. Melihat Sang Buddha mendekat, dia berteriak: 'Berhentilah di situ, hai pertapa gundul. Berhentilah di situ, hai pertapa. Berhentilah di situ, hai manusia sampah!'

Sang Buddha [dengan tenang menjawab]: 'O, brahmana, dapatkah engkau mengenali manusia sampah? Dapatkah engkau mengetahui hal-hal yang membuat seseorang menjadi sampah?'

¡Memang tidak, O Tuan Gotama, saya tidak dapat mengenali manusia sampah, dan saya tidak mengetahui hal-hal yang membuat seseorang menjadi sampah. Karena itu, Tuan Gotama, akan amat bagus bila engkau menjelaskan padaku mengenai hal ini.'

Sang Buddha [meneruskan]: 'Baiklah, wahai brahmana, dengarkan baik-baik dan camkanlah kata-kataku ini:

1 Siapa pun yang marah, yang memiliki niat buruk, yang berpikiran jahat dan iri hati; yang berpandangan salah, yang penuh tipu muslihat, dialah yang disebut sampah.

2 Siapa pun yang menghancurkan kehidupan, baik burung atau binatang, serangga atau ikan, yang tidak memiliki kasih sayang terhadap kehidupan, dialah yang disebut sampah.

3 Siapa pun yang merusak atau agresif (suka menyerang) di kota dan di desa dan dikenal sebagai perusak atau penjahat yang kejam, dialah yang disebut sampah.

4 Siapa pun yang mencuri apa yang dianggap milik orang lain, baik yang ada di desa atau hutan, dialah yang disebut sampah.

5 Siapa pun yang setelah berhutang lalu menyangkal ketika ditagih, dan menjawab pedas: 'Aku tidak berhutang padamu! , dialah yang disebut sampah.

6 Siapa pun yang berkeinginan mencuri walaupun benda tidak berharga, lalu mengambil barang itu setelah membunuh orang di jalan, dialah yang disebut sampah.

7 Siapa pun yang memberikan sumpah palsu untuk kepentingannya sendiri, untuk kepentingan orang lain, atau untuk mendapat keuntungan, dialah yang disebut sampah.

8 Siapa pun yang mempunyai hubungan gelap dengan istri famili atau temannya, baik dengan paksaan atau karena suka sama suka, dialah yang disebut sampah.

9 Siapa pun yang tidak menyokong ayah atau ibunya, yang sudah tua dan lemah, padahal dia hidup dalam keadaan berkecukupan, dialah yang disebut sampah.

10 Siapa pun yang menyerang atau mencaci-maki ayah, ibu, saudara kandung, atau ibu mertua, dialah yang disebut sampah.

11 Siapa pun yang dimintai nasihat yang baik tetapi malahan mengajarkan apa yang menyesatkan atau berbicara dengan tidak jeIas, dialah yang disebut sampah.

12 Siapa pun yang munafik, yang setelah melakukan pelanggaran kemudian ingin menyembunyikannya dari orang-orang lain, dialah yang disebut sampah.

13 Siapa pun yang setelah berkunjung ke rumah orang lain dan menerima keramah-tamahan di sana, tidak membalasnya dengan sikap serupa, dialah yang disebut sampah.

14 Siapa pun yang menipu pertapa, bhikkhu atau guru spiritual lain, dialah yang disebut sampah.

15 Siapa pun yang mencaci-maki dan tidak melayani pertapa atau bhikkhu yang datang untuk makan, dialah yang disebut sampah.

16 Siapa pun, yang karena terperangkap di dalam kebodohan, memberikan ramalan yang tidak benar demi keuntungan yang sebenarnya tak berharga, dialah yang disebut sampah.

17 Siapa pun yang meninggikan dirinya sendiri dan merendahkan orang lain, pongah dalam kesombongannya, dialah yang disebut sampah.

18 Siapa pun yang suka memicu pertengkaran, yang kikir, memiliki keinginan-keinginan jahat, iri hati, tidak tahu malu dan tidak menyesal kalau melakukan kejahatan, dialah yang disebut sampah.

19 Siapa pun yang menghina Sang Buddha atau siswa-siswanya, baik yang telah meninggalkan keduniawian maupun perumah-tangga biasa, dialah yang disebut sampah.

20 Siapa pun yang berpura-pura Arahat padahal sebenarnya bukan, dia benar-benar penipu hina terbesar di dunia ini, sampah terendah dari semuanya. Demikian telah kujelaskan siapa yang merupakan sampah.

21 Bukan karena kelahiran orang menjadi sampah. Bukan karena kelahiran pula orang menjadi brahmana (mulia). Oleh karena perbuatanlah orang menjadi sampah. Oleh karena perbuatan pula orang menjadi brahmana.

22 Kini dengarkanlah, akan kuberikan suatu contoh. Ada seorang anak laki-laki dari kasta rendah yang bernama Matanga dari kasta Sopaka.

23 Dia mencapal puncak kejayaan. Dan sesudah itu, para ksatria, brahmana, dan orang-orang lain datang untuk melayaninya.

24 Setelah menghancurkan nafsu-nafsu duniawi, dia memasuki Jalan Mulia dan mencapai alam Brahma. Kasta tidak dapat mencegahnya terlahir di alam surgawi.

25 Para brahmana yang mengenal Veda dengan baik dan terlahir di keluarga yang hafal Kitab Veda, jika mereka kecanduan melakukan perbuatan-perbuatan jahat,

26 Mereka bukan hanya ternoda di dalam kehidupan ini saja; di dalam kehidupan yang akan datang pun mereka akan terlahir di dalam keadaan yang menderita. Kasta tidak dapat mencegah mereka ternoda atau terlahir di dalam keadaan yang menderita.'

27 Bukan karena kelahiran orang menjadi sampah. Bukan karena kelahiran pula orang menjadi brahmana (mulia). Oleh karena perbuatanlah orang menjadi sampah. Oleh karena perbuatan pula orang menjadi brahmana.

Setelah Sang, Buddha berbicara, brahmana Aggika-Braradvaja berseru: 'Sungguh menakjubkan, Yang Mulia sungguh luar biasa, Yang Mulia Gotama! Sebagaimana orang menegakkan apa yang telah terjungkir balik atau mengungkapkan apa yang tadinya tersembunyi, atau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat, atau memberikan sinar penerangan di dalam kegelapan, sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat benda-benda, demikian pula Kebenaran telah dijelaskan oleh Yang Mulia Gotama dengan berbagai cara.

'Oleh karena itu, saya berlindung, pada Beliau, pada Dhamma-Nya, dan Sangha-Nya. Saya mohon Yang Mulia Gotama berkenan menerima saya sebagai siswa awam yang sejak saat ini telah menyatakan berlindung pada-Nya seumur hidup!'

VASALA SUTTA
Manusia Sampah (Spiritual)
Definisi Sang Buddha tentang manusia sampah (spiritual)

Sutta Nipata