Kamis, 14 Mei 2015

Roda Doa, Om Mani Padme Hung

Roda doa atau Roda Mani, adalah sebuah roda yang diisi dengan mantra-mantra dan sutra yang sangat banyak yang dibungkus searah jarum jam mengelilingi sebuah sumbu. Beberapa roda doa berukuran kecil seperti gasingan.

Beberapa lainnya berukuran sangat besar sehingga dapat memenuhi sebuah ruangan. Seseorang memutar roda doa ukuran besar ini dengan memegang gagangnya dan kemudian berjalan searah jarum jam mengelilingi roda tersebut.

Jenis yang lainnya diletakkan pada air yang mengalir atau air terjun sehingga ia dapat memanen energi alami dan menyebarkan rahmat ke alam sekitarnya. Orang yang percaya memiliki keyakinan bahwa memutar roda doa ini atau mengibarkan bendera doa akan mengaktualisasikan doa-doa yang tertulis di dalamnya.

Propinsi Khan di Tibet mirip dengan daerah Barat Amerika yang liar. Orang-orang Kham adalah para penunggang kuda yang hebat, dan seperti halnya para penunggang kuda, mereka sangat mencintai kuda-kudanya. Hingga sekitar seabad yang lalu, Kham terdiri dari berlusin-lusin kerajaan yang lebih kecil, dimana setiap kerajaan tersebut memiliki angkatan perang sendiri, yang dibentuk melalui perekrutan wajib militer secara paksa.

Suatu ketika hidup seorang laki-laki tua jauh di sebelah timur Kham yang dikenal sebagai Pria Mani karena setiap hari, siang dan malam, dia selalu bisa ditemukan sedang memutar roda doa kecilnya dengan khusuk. Roda itu dipenuhi dengan mantra Kasih Sayang Yang Agung, Om Mani Padme Hung. Pria Mani itu hidup bersama anak lelakinya dan seekor kudanya yang bagus. Anak lelakinya adalah kebahagiaan dalam hidup pria tua itu; sedangkan kebanggaan dan kebahagiaan bagi anak lelaki tersebut adalah kudanya.

Istri pria tua itu, setelah melakukan kebajikan dan pengabdian yang panjang selama hidupnya, telah lama meninggal dan terlahir kembali di alam yang lebih beruntung. Sedangkan pria tua itu dan anaknya hidup sederhana, terbebas dari berbagai kebutuhan yang berlebihan, dan tinggal di salah satu rumah dari beberapa rumah batu yang kasar di tepi sungai di sebuah dataran yang luas.

Suatu hari kuda mereka menghilang. Tetangga-tetangga mereka ikut bersedih atas kehilangan satu-satunya harta milik pria tua yang berharga itu, tetapi pria tua yang selalu tenang itu tetap memutar roda doanya sambil terus menguncarkan mantra “Om Mani Padme Hung”, mantra nasional bangsa Tibet.

Kepada siapapun yang menyatakan duka-cita atas kehilangan kuda tersebut, ia hanya berkata,“Bersyukurlah untuk segala sesuatunya. Siapa yang bisa tahu apa yang baik dan apa yang buruk? Akan kita lihat ...”

Setelah beberapa hari, kuda yang hilang itu kembali, diikuti oleh sepasang kuda liar. Kuda-kuda liar ini kemudian dilatih oleh si pria tua dan anaknya. Para tetangga yang menyaksikan hal ini sangat bergembira dan mengucapkan selamat kepada pria tua itu. Pria tua itu hanya tersenyum dan berkata, “Saya berterima kasih ... Tapi siapa yang tahu? Kita akan lihat ...”.

Kemudian suatu hari, ketika mengendarai salah satu dari kuda liar itu, si anak lelaki jatuh dan kakinya mengalami patah tulang. Beberapa tetangganya membawa anak lelaki itu pulang ke rumahnya, mengutuk kuda yang liar itu, dan menyesali nasib si anak lelaki. Tetapi pria tua itu, duduk di sebelah ranjang anaknya, tetap memutar roda doanya terus menerus sambil dengan lembut membaca mantra Kasih Sayang Yang Agung dari Chenrenzig (Red: Avalokitesvara).

Ia tidak mengeluh maupun menjawab protes-protes tetangganya kepada nasib, tetapi hanya menganggukkan kepalanya dengan ramah, mengulangi apa yang pernah dikatakannya, “Sang Buddha adalah penuh kasih; saya bersyukur bahwa anak saya masih hidup. Kita akan lihat...”

Minggu berikutnya petugas-petugas militer muncul, mencari para wajib militer muda untuk dikirim ke garis depan pertempuran. Semua pria muda di daerah itu segera dibawa, kecuali anak lelaki pria tua itu yang sedang terbaring di ranjangnya.

Kemudian para tetangganya mengucapkan selamat kepada pria tua itu untuk keberuntungannya yang sangat besar, dan menganggap semua itu adalah berkat karma baik yang dikumpulkan oleh si pria tua dengan selalu memutar roda doanya dan selalu terus menerus mengucapkan mantra dari sela-sela bibirnya yang keriput.

Si pria tua hanya tersenyum dan tidak berkata apapun. Suatu hari ketika anak lelaki dan ayahnya sedang melihat kuda-kuda mereka yang bagus merumput di padang, pria tua yang pendiam itu sekonyong-konyong menyanyi :

“Hidup terus berputar dan berputar,
naik dan turun laksana kincir air;
Hidup kita adalah laksana keranjang-keranjang kincir itu,
kosong dan berisi bergantian terus menerus.

Laksana tanah liat dari si pembuat tembikar,
keberadaan jasmani kita berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya:
Bentuk-bentuk itu hancur dan terbentuk lagi dan lagi,

Yang rendah menjadi tinggi, yang tinggi akan jatuh;
gelap akan berubah menjadi terang,
dan yang kaya akan kehilangan semuanya.

Jika kau, anakku, adalah anak yang luar biasa,
kelak kamu akan terlahir kembali ke dalam sebuah biara.
Tetapi jika kau sangat cemerlang, anakku,
Maka engkau akan menjadi pejabat yang mengurusi perselisihan orang lain.

Seekor kuda hanya akan menyebabkan kesulitan seharga seekor kuda.
Kekayaan adalah baik, Tetapi dengan cepat akan kehilangan kesenangannya,
dan dapat menjadi beban, sumber pertengkaran, pada akhirnya.

Tak seorang pun tahu karma apa yang sedang menunggu kita,
tetapi apa yang kita tabur sekarang akan matang
dalam kehidupan-kehidupan yang mendatang, itu adalah pasti.

Maka berbuatlah baik pada semuanya dan jangan terbias,
berdasarkan ilusi tentang ‘memperoleh’ dan ‘kehilangan’.
Janganlah punya harapan maupun ketakutan,
pengharapan maupun kecemasan;

Bersyukurlah untuk segala sesuatunya,
apapun jatah yang kamu punya.
Terimalah segala sesuatunya;
terimalah setiap orang; dan ikutilah
Hukum Sang Buddha yang tidak pernah salah.

Hiduplah sederhana dan gampang dirawat, tetaplah
secara alamiah hidup tenang dan dalam damai.
Kau dapat menembak anak panah ke langit jika kau suka, anakku,
tetapi anak-anak panah itu pada akhirnya pasti akan jatuh kembali ke tanah.”
 

Ketika pria itu bernyanyi, bendera-bendera doa beterbangan melayang menutup kepala pria tua itu, dan roda mani yang kuno tersebut, yang diisi dengan ratusan mantra tulisan tangan, tetap berputar. Keadaan hening.

Kejujuran Raja Sutasoma

Pada suatu waktu, sang Bodhisattva dilahirkan sebagai Raja Maha Sutasoma. Pada waktu itu hiduplah pula seorang raja bernama Purusadha, yang di usir ke hutan karena gemar makan daging manusia. Kemudian ia berdiam di bawah sebuah pohon Banyan, menangkap dan memakan orang–orang lewat yang tersesat.
Pada suatu hari Raja Purusadha ingin melaksanakan sumpahan ketika sebuah duti mengganggu kakinya; dimana ia bersumpah akan mengorbankan seratus orang prajurit kepada dewanya. Dewa itu sendiri menyesalkan niat Purusadha, maka untuk mengindarkan pengorbanan manusia sebanyak itu, Purusadha diperintahkan untuk mengorbankan Raja Sutasoma saja.
Kebetulan Raja Sutasoma yang menuju ke sebuah danau akan mandi, berjumpa dengan seorang brahmana yang bermaksud untuk membacakan syair-syairnya untuk raja. Maha Sutasoma mempersilakan brahmana tersebut menunggu di istana san akan mendengarkan syair-syairnya setelah selesai mandi. Sewaktu selesai mandi, keluarlah raja Purusadha dari semak-semak dan membawa lari raja Sutasoma. Raja tidak gentar dan tetap tenang, hanya menyesal tidak dapat menempati janjinya untuk mendengarkan syair-syair sang brahmana. Hal ini dinyatakannya kepada Purusadha, yang kemudian melepaskan sang Raja dengan perjanjian akan kembali lagi apabila janji kepada brahama itu telah ditepati.
Raja Sutasoma kembali ke Istana, mendengarkan syair-syair sang brahmana, dan memberikanya hadiah. Meskipun telah ditahan tahan oleh seluruh anggota istana, Raja yang tetap hatinya itu menuju hutan menemui Purusadha kembali. Purusadha sedang menyiapkan api, heran melihat Raja Sutasoma datang kembali. Katanya, "Gila kau, saya lepasklan kau dengan tidak mengharapkan kau kembali lagi. Sekarang kau kembali, mengertilah bahwa kau akan ku bunuh juga. Mengapa kembali?" Sang Raja menjawab: "Hai Purusadha, menurut pendirianmu aku berbuat gila, tetapi aku tetap memenuhi janjiku. Aku berjanji akan kembali dan di sinihlah aku kembali. Aku lebih menghargai janjiku daripada hidupku, kau boleh mengorbankan aku". Purusadha yang dalam batinnya sesungguhnya tidak jahat, sangat terharu mendengar jawaban Sutasoma yang mempunyai ketetapan hati itu dan ingin mendengarkan ajaran ajaran utama. Segera ia duduk pada kaki Sutasoma dan asyik mendengarkan petuah-petuah yang berharga. Seketika ia berubah menjadi orang baik kembali, ia mengurungkan pergorbanannya kemudian mendapatkan kembali kerajaanya yang semula dan memerintah dengan bijaksana.
Sabda Sang Bodhisattva*) "Sesudah mendapatkan penerangan, untuk memenuhi janjiKu, Aku mengorbankan nyawaKu dan menyelamatkan seratus satu orang prajurit raja. Itulah kesempurnaanKu dalam menepati janji".
*) Sang Bodhisattva sebagai Raja Maha Sutasoma kemudian dikenal sebagai Buddha Gotama. Cerita di atas digambarkan di dalam Candi Borobudur dalam relief pada serambi pertama dinding luar deret atas dari pintu gerbang Selatan ke jurusan Barat pada relief nomor 23,24,25 dan 26.
(Kiriman: Dra Harumwati K, Tangerang. Dikutip dari Buku Mutiara Dhamma, atas izin Ir. Lindawati T)
"Setelah membayar hutangku kepada brahmana itu aku akan kembali lagi, membawa kegembiraan pada matamu dan membayar hutangku padamu. Jangan menganggap bahwa hal ini merupakan muslihat untuk melarikan diri darimu, Oh Raja. Orang sepertiku tak mempunyai rasa takut. Aku menganut jalan yang berbeda dari yang sebagian besar orang tempuh."
Ucapan Bodhisattva menjengkelkan Purusadha yang menganggapnya sekedar berbasa-basi. Hingga akhirnya ia berpikir, "Jelas sekali ia membualkan kejujuran dan kebenarannya. Baiklah bila demikian, aku akan melihat kecintaannya terhadap kebenaran dan kebajikan!"
Kepada Bodhisattva ia lalu berkata: "Baiklah kalau begitu pergilah. Kita lihat kejujuranmu yang teguh dalam perbuatan, kita lihat bagaimana engkau menepati janjimu. Kita lihat kekuatan kebenaranmu. Setelah melakukan apa yang kau inginkan kepada brahmana, kembalilah segera! Sementara aku akan menyiapkan tungku pembakaranmu."
Sutasoma Jataka

Kisah Gajah Putih

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA)

Suatu ketika Bodhisattva hidup sebagai seekor gajah putih yang sangat besar di suatu hutan yang luas, dimana ketiga sisinya dikelilingi oleh sebuah padang pasir. Pegunungan membatasi salah satu sisi dari hutan besar ini, dimana sebuah danau besar dipenuhi dengan berbagai jenis bunga teratai, membuatnya menjadi tempat kediaman yang menyenangkan dan menarik. Hutan ini sedikit diketahui oleh orang-orang dan suara manusia hampir tidak pernah terdengar, di bawah bayangan pepohonan yang sudah sangat tua yang dahan-dahan di bagian atas pohon telah menyatu dan membentuk ruangan hijau yang luar biasa besarnya. Di sinilah raja gajah tinggal sendiri dalam kemegahan. Makanannya adalah dedaunan dan dahan-dahan pepohonan dan minumannya adalah air dari danau teratai.
Suatu hari, ketika gajah putih mengembara mendekati perbatasan hutan menuju hutan belantara, Ia mendengar dari kejauhan suara-suara dari banyak orang, yang sepertinya berada dalam kesulitan besar. Ia mendengarkan dengan seksama dan menduga bahwa rombongan orang tersebut pasti telah tersesat di gurun pasir karena suara yang didengarnya adalah tangisan yang menyedihkan.
“Mungkin orang-orang ini tersesat di gurun pasir, atau mungkin diusir karena perintah dari seorang raja dan mereka menderita kelaparan dan kehausan, saya harus menghampiri mereka dan melihat apa yang dapat saya lakukan untuk mereka,” pikir sang gajah yang penuh welas asih. Dan dengan cepat Ia berlari ke tempat dimana suara tangisan yang menyedihkan berasal.
Karena tidak terdapat pepohonan di gurun pasir, Ia dapat melihat jarak yang sangat jauh, dan dari kejauhan Ia melihat sekumpulan orang yang sedang menangis dan merintih, yang kelihatan jelas mengalami kelaparan, kehausan dan kelelahan.
Orang-orang yang seluruhnya berjumlah sekitar tujuh ratus orang, pada awalnya ketakutan ketika mereka melihat seekor gajah putih besar berlari ke arah mereka. Tetapi karena mereka terlalu lemah untuk melarikan diri, mereka pasrah dan semua berpikir bahwa raja hutan yang sangat besar ini dengan sangat mudah akan menginjak-injak mereka sampai mati.
Ketika Bodhisattva dalam wujud gajah melihat ketakutan mereka, Ia berseru dengan suara manusia yang lembut: “Jangan merasa takut! Janganlah takut, saya tidak akan membahayakan kalian.”
Orang-orang yang menderita itu menatap gajah putih yang sangat besar dengan rasa kagum sekaligus takut. Tetapi melihat mata gajah yang penuh kebaikan dan mendengar suaranya yang lembut, rasa takut mereka menjadi berkurang.
Dengan mengangkat belalainya sebagai tanda memberi salam, sang gajah
berkata kepada mereka. “Bagaimana kalian bisa sampai ke tempat terpencil ini? Apa yang membawa kalian ke sini, di tempat yang jauh dari masyarakat?” Salah satu dari orang-orang malang tersebut menjawab, “Aduh, kami telah dihalau pergi dari negeri kami oleh raja kami yang marah, dimana seribu orang diusir ke gurun pasir untuk menemui ajalnya. Tiga ratus orang di antara kami telah meninggal sehingga tinggallah kami tujuh ratus orang yang menunggu kematian di sini, karena kami terlalu lelah untuk pergi lebih jauh, serta kami kelaparan dan kehausan. Dapatkah Anda membantu kami? Dapatkah Anda menunjukkan kami arah ke tempat makan dan peristirahatan?”
Sang gajah menjawab: “Saya turut merasakan kesedihan kalian. Raja kalian
pasti belum pernah diajarkan mengenai penderitaan karena kelaparan dan
kematian, jika tidak, beliau tidak mungkin mengusir kalian ke padang pasir. Oh!
Inilah penderitaan karena kesalahpengertian!” Sambil berucap demikian, sang gajah
yang welas asih berpikir: “Bagaimana saya dapat membantu orang-orang malang
yang menyedihkan ini, orang-orang kelaparan yang mengharapkan pertolongan dari
saya. Bahkan jika mereka dapat menjangkau hutanku, bagaimana mereka dapat
menemukan makanan yang cukup di sana? Jika saya berikan tubuhku kepada
mereka, dengan dagingku mereka mungkin akan bertahan hingga mereka dapat
menjangkau pegunungan, menenangkan diri dan memulai kehidupan baru. Saya
akan membantu mereka dengan memberikan tubuhku, yang bagaikan sebuah rakit
di lautan kesedihan!”
Sewaktu sang gajah sedang berpikir bagaimana Ia dapat membantu
kerumunan orang kelaparan yang menderita ini, mereka mengangkat tangan
memohonnya untuk menunjukkan tempat dimana mereka dapat menemukan
perlindungan, minuman dan makanan.
Sang gajah menatap mereka dengan air mata welas asih di matanya,
mengangkat belalainya dan menunjuk ke arah pegunungan sambil berkata: “Ikutilah
arah yang saya tunjukkan. Kaliann akan menemukan sebuah hutan dan sebuah
danau besar yang dipenuhi dengan teratai. Hilangkan dahaga kalian dan
beristirahatlah. Ketika kalian sanggup melanjutkan perjalanan, kalian akan
menemukan mayat seekor gajah di dekat danau di kaki gunung, yang baru saja
binasa karena terjatuh dari puncak gunung. Ambillah dagingnya dan puaskanlah
rasa lapar kalian, ambillah sisanya sebagai persediaan makanan dalam perjalanan
dan isilah ususnya dengan air, gunakanlah usus tersebut sebagai kantong air.
Dengan persediaan makanan dan minuman demikian, kalian akan dapat
menjangkau lembah di belakang gunung dengan mudah, dimana kalian dapat
menetap dan hidup berkecukupan dengan tersedianya makanan dan minuman yang
berlimpah. Ikutilah petunjukku dan segera mulailah pencarian keselamatan kalian.”
Setelah mengucapkan kata-kata yang menenangkan ini, sang gajah putih
berlari menuju puncak gunung dari sisi yang lain. Ia telah bertekad bahwa danau teratai kesukaannya akan memberikan minuman bagi mereka yang lelah dan tubuhnya sebagai makanan bagi yang kelaparan.
Setelah tiba di atas puncak gunung dengan tebing yang curam di hadapannya, sang gajah putih berhenti sejenak dan berpikir: “Walaupun sekarang saya tidak merealisasi Nirvana karena pengorbanan saya untuk orang-orang yang kelaparan ini, jika saya dapat membantu mereka sekarang dengan memberi makan tubuh mereka, agar di masa mendatang saya dapat menghantarkan mereka keluar dari hutan belantara Samsara.”
Dengan hati gembira, sang gajah menghempaskan dirinya ke bawah tebing. Dikatakan sewaktu terjatuh, tubuhnya bersinar bagaikan awan di musim gugur atau bagaikan bulan terbenam di balik pegunungan.
Gunung bergetar dan bumi pun berguncang. Mara, Sang Penggoda terusik dan para dewa hutan melambaikan lengan-lengan hijau ramping mereka dalam ketakjuban, menunjuk ke atas dan hujan bunga turun di atas tubuh raja para binatang yang hancur tersebut.
Gita-gita pujian dan penghormatan bergema di udara, sementara para dewa hutan mengelilingi tubuh yang terjatuh tersebut, bersujud dengan penuh hormat di hadapan makhluk yang telah memberikan nyawanya dengan suka rela.
Sementara itu, tujuh ratus orang kelaparan yang telah mengikuti petunjuk sang gajah putih, menemukan danau teratai dengan mudah. Lalu mereka menghilangkan dahaga mereka dan menyegarkan tubuh lapar mereka dengan air sejuk dan menyantap akar-akar teratai.
Setelah beristirahat sejenak, mereka pergi mencari mayat seekor gajah, seperti yang telah diberitahukan kepada mereka, dan tidak jauh dari danau, mereka melihat tubuh seekor gajah, dimana tampak jelas bahwa kematiannya terjadi hanya beberapa waktu yang lalu. Tubuh tersebut terlihat seperti gunung yang dipenuhi bunga-bunga. Lalu mereka berhenti sejenak dalam kekaguman dan beberapa dari mereka berseru: “Bukankah ini raja gajah yang menghampiri kita dan memberikan petunjuk kepada kita tentang bagaimana keluar dari kesulitan?” Yang lain menangis: “Oh, tentu saja kita tidak dapat memakan tubuh makhluk yang telah membebaskan kita dari penderitaan?” Yang lain berkata: “Iya, betul, inilah gajahnya. Lihatlah kedua gading yang luar biasa, putih bagaikan salju, tetapi sekarang ditutupi debu gunung dan lihatlah belalai besar yang berbentuk seperti ujung jari yang beliau gunakan untuk menunjukkan arah yang benar kepada kita. Jadi, Ia telah mengorbankan tubuhnya untuk kita, sungguh sebuah persahabatan yang luar biasa! Sungguh welas asih yang tiada taranya!” Sebagian berseru, “Pastinya Ia sedang menuju penyempurnaan diri! Siapakah gurunya di hutan ini? Kita tidak dapat menyantap tubuh dari makhluk yang telah mengorbankan dirinya. Kita harus mengkremasinya sebagaimana penghormatan terhadap seorang raja!”
Beberapa orang yang lebih tabah berkata, “Tetapi, Ia telah mengarahkan kita dan memberitahu kita untuk memakan tubuhnya demi membebaskan kita dari kelaparan: marilah kita ikuti petunjuknya sehingga pengorbanan tubuhnya untuk kita tidak sia-sia. Ia telah mengorbankan segalanya untuk memberi makan para tamunya. Dan jika kita tidak menerima pemberiannya maka pengorbanannya akan sia-sia.”
“Marilah kita mengikuti permintaannya dan kemudian kita kremasikan sisa tubuhnya seolah-olah Ia adalah sanak saudara kita dan memberikan penghormatan kepadanya berdasarkan cara kita sendiri.”
Lalu mereka menerima pemberian tersebut dengan menjadikan tubuh sang gajah sebagai makanan mereka, menggunakan isi perutnya sebagai kantong air. Mereka meneruskan perjalanan setelah mengkremasikan sisa tubuh gajah dengan upacara seperti layaknya untuk seorang raja.
Mereka sampai di lembah subur di belakang pegunungan dengan selamat. Sejak saat itu, mereka memuja arca sang gajah putih sebagai pembimbing dan pelindung mereka.
Di lembah Gajah Putih, kisah penyelamatan keluar padang pasir telah turun-temurun disampaikan dari ayah kepada anaknya.
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh tim penerjemah Potowa Center.
Oktober 2011.

Kisah Tentang Kurban

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA)
Dalam sebuah naskah Sanskerta kuno dikatakan bahwa suatu ketika Bodhisattva pernah dilahirkan di keluarga kerajaan agung dan beliau mewarisi takhta kerajaan ayahnya secara sah. Kedudukan ini beliau peroleh dari potensi-potensi positif yang telah dilakukannya di kelahiran lampau.
Seperti kita ketahui, seringkali jika seorang raja adalah baik dan bajik, maka negeri di bawah pimpinannya juga menjadi baik atau sebaliknya — jika rakyat dalam suatu negeri berperilaku baik maka mereka akan memiliki seorang raja yang baik. Demikianlah yang terjadi di kerajaan yang dipimpin oleh Bodhisattva ini. Tidak ada percekcokan, tidak ada wabah penyakit, dan yang ada hanyalah kedamaian dengan semua kerajaan di sekitarnya. Raja bagaikan seorang Muni dalam hidupnya, teladan baiknya diikuti oleh semua orang yang ada di sekitarnya, dan cahaya kebajikan memancar dari singgasananya, menyinari hati rakyatnya.
Suatu waktu, terjadi malapetaka yang sangat menyulitkan kondisi di negeri ini. Tiada yang tahu apakah orang-orang telah melakukan sesuatu yang keliru atau karena para dewa hujan sedang marah. Musim kemarau yang berpanjangan dan mengerikan terjadi dan semua menderita kekeringan. Sumur-sumur mengering, tumbuh-tumbuhan mulai menjadi layu, dan wabah penyakit mengancam.
Raja khawatir apakah ia atau rakyatnya telah mengabaikan kewajiban religious tertentu sehingga kemarau berpanjangan ini muncul sebagai akibatnya. Oleh karena itu, beliau berkonsultasi dengan para pendeta kerajaan, para Brahmana, dan menteri-menteri untuk mencari tahu apa yang dapat dilakukan untuk mengakhiri malapetaka ini. Ahli ajaran Veda mengatakan bahwa untuk mendatangkan hujan, perlu dilakukan kurban hewan yang banyak. Karena mereka membaca kitab-kitab Veda bahwa kurban hewan demikian telah mendatangkan hujan di masa lampau. Raja sangat kaget atas saran tersebut. Beliau tidak menjawab tetapi berusaha mengarahkan pemikiran para penasehatnya pada hal-hal yang lain.
Namun mereka tidak puas dan membantah, “Baginda harus memastikan agar tidak melalaikan tugas-tugas kerajaan. Mengapa Baginda tidak setuju untuk melakukan kurban hewan ini, yang merupakan penghubung menuju dunia para dewa?”
Kemudian mereka berkata kepada raja: “Baginda menjalankan kewajiban-kewajiban terhadap para leluhur, pada Rishi, dan para bijaksana, serta terhadap manusia, namun mengapa tidak terhadap pada dewa dengan melakukan kurban hewan? Oleh karena itu, pertimbangkanlah kesejahteraan rakyat Baginda dan lakukanlah upacara kurban sejumlah hewan untuk para dewa, sehingga kita mendapatkan hujan.”
Raja berpikir “Bagaimana mungkin pembunuhan hewan dapat menyenangkan para dewa, yang terbiasa hidup dari amrita? Tentunya pembunuhan tidak mungkin ada hubungannya dengan kebajikan! Dan hewan-hewan dibunuh sementara para Brahmana membaca doa, yang tujuannya adalah untuk membawa para hewan menuju surga. Lalu mengapa para Brahmana tidak mempersembahkan diri mereka sendiri sebagai kurban, karena bukankah mereka ingin ke surga? Hewan-hewan tidak ditanya apakah mereka mau dikurbankan dan mereka belum menghentikan tindakan-tindakan negatif mereka sebelum dikurbankan, jadi bagaimana mungkin kematian dapat membantu mereka mencapai surga? Tidak! Jika ada ajaran-ajaran seperti ini, maka itu keliru. Saya akan memilih solusi lain untuk keluar dari malapetaka ini.”
Setelah mempertimbangkan hal ini, Baginda berkata kepada para penasehatnya: “Dengarkanlah keputusan saya. Saya tidak hanya akan memerintahkan agar dilakukan kurban hewan, tetapi saya juga akan melakukan kurban manusia. Petugas-petugas saya di seluruh bagian negeri ini akan mengumpulkan kurban-kurban yang layak untuk dikurbankan. Para ahli nujum akan menentukan hari yang tepat, ketika posisi bulan dan bintang menguntungkan. Lakukanlah semua persiapan untuk menyambut pengurbanan besar ini.”
Para pendeta dan para penasihat sangat terkejut, karena mereka tidak menduga keputusan ini. Mereka berkata, “Jika seribu manusia ditangkap dalam satu gebrakan, rakyatmu akan memberontak Baginda. Oleh karena itu, lakukanlah satu pengurbanan manusia dulu, kemudian baru selanjutnya secara bertahap.”
Raja menjawab: “Jangan takut akan pemberontakan rakyatku. Libatkan saya pada pertemuan dengan orang-orang kota dan desa, saya sendiri yang akan menyampaikan hal ini pada mereka.”
Lalu diadakanlah sebuah pertemuan besar dan raja berbicara kepada rakyatnya dengan hikmat, “Musim kemarau ini berkepanjangan dan kalian telah memohon saya mengupayakan cara terbaik untuk mengakhirinya; oleh karena itu saya bermaksud membuat sejumlah kurban manusia kepada para dewa.
Tetapi mereka yang jujur, bermurah hati, dan yang tidak berselisih dengan keluarganya atau memiliki sifat yang bajik; tidak perlu takut untuk dijadikan kurban. Saya akan mengirim utusan yang jujur dan berpandangan jauh ke dapan, ke semua bagian negeri ini. Mereka akan dikenal dari pakaian mereka dan mereka akan mengamati tingkah laku kalian serta memberi laporan pada saya. Siapapun yang ditemukan bersalah oleh para pengawas ini, akan dibawakan kepada saya untuk dikurbankan. “Dengarkanlah rakyatku, inilah titahku!”
Orang-orang pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan agak cemas, namun mereka semua bertekad untuk melakukan hal yang baik agar mereka tidak dijadikan kurban. Raja mengirim para petugas dan dengan pukulan genderang, hal ini setiap hari dikumandangkan ke seluruh kota dan desa bahwa para pelaku ketidakbajikan akan dibawa ke hadapan raja untuk dikurbankan, dan tindakan negatif mereka sendiri akan membawa mereka pada tempat pengurbanan.
Ketika orang-orang melihat para petugas raja ada di mana-mana dan mendengar pengumuman tersebut setiap hari, mereka mulai mengubah tindakan-tindakan mereka – pertikaian berhenti, keramahtamahan dijalankan di mana-mana, sikap baik dan kerendahan hati muncul di mana-mana, kepatuhan terhadap orang tua dan guru-guru terlihat di setiap rumah, begitu pula penghormatan kepada para dewa dan orang-orang yang tua. Seluruh masyarakat di negeri tersebut hidup seperti di masa Kreta-Yuga (masa dimana seluruh masyarakat berperilaku baik). Rasa takut akan kematian telah mengingatkan mereka semua pada semua kebajikan yang telah mereka lupakan sebelumnya, dan dalam waktu singkat semua orang bertingkah-laku dengan cara yang sangat baik.
Namun para utusan tidak lengah dalam pengawasan mereka dan orang-orang harus terus menjalankan hidup yang bajik. Ketika raja mendengar dari para utusannya bahwa mereka tak dapat menemukan satu pun pelaku yang tidak bajik, beliau sangat gembira dan memberikan mereka hadiah yang berlimpah atas berita-berita baik yang mereka sampaikan. Dan beliau mengumpulkan para menteri dan berkata, “Tiada satu pun pelaku yang tidak bajik di negeriku. Karena orang-orang berperilaku bajik, maka merekalah yang layak menerima pengurbanan; jadi biarkanlah saya melakukan pengurbanan dengan cara saya sendiri. Kumpulkan mereka yang miskin, yang buta, dan yang pincang, dan saya akan membagikan hadiah, agar kemiskinan menghilang di negeri ini.”
Para menteri mendirikan tempat-tempat untuk orang miskin di mana-mana dan yang miskin mendapatkan makanan dan pakaian. Kebahagiaan dan kesejahteraan menyebar ke seluruh penjuru dan orang-orang tidak lagi melakukan cara-cara dan tindakan-tindakan yang tidak bajik. Wabah penyakit dan semua penyakit menghilang. Angin musim menurunkan hujan secara teratur; sumur-sumur dan sungai-sungai berlimpah dengan air yang bersih dan jernih, padi-padi tumbuh subur, dan tanaman-tanaman obat menghasilkan khasiat penyembuhan bagi seluruh rakyat.
Oleh karena, melalui daya kekuatan dari raja yang baik dan keagungan dari pengurbanan yang dilakukan dengan caranya sendiri, negerinya terselamat dari semua kesulitan dan rakyatnya hidup dalam kebahagiaan dan kesejahteraan. Mereka mendoakan raja yang sangat bajik tersebut atas semua yang telah beliau lakukan dan mereka tidak lupa bahwa jika mereka mulai berperilaku negatif lagi, maka mereka akan ditangkap dan dikurbankan, seperti telah diumumkan oleh raja mereka berulang kali.
Selama mengumumkan bahwa kurban akan dilakukan, raja melepaskan pakaian kebesarannya dan mengenakan kulit rusa hitam sebagai pakaiannya. Beliau juga melepaskan payung kerajaan dan mahkotanya, berpotongan rambut seperti mereka yang melakukan upacara kurban yang besar, seperti cara-cara yang dijelaskan dalam kitab-kitab Veda. Begitulah beliau menjalankan hidupnya dan rakyatnya memuja beliau seperti seorang dewa.
Teladannya juga mempengaruhi raja-raja lainnya untuk memperbaiki negerinya dan lebih memperhatikan rakyatnya. Karena kemashyuran dari raja yang sangat baik, kesejahteraan dan kebahagiaan rakyatnya menyebar luas ke seluruh dunia timur.
Kebaikan hati yang tulus, kebijaksanaan, dan kebajikan terilustrasi dalam cerita ini mengenai salah satu kehidupan Bodhisattva, yang sedang mengupayakan jalan menuju kesempurnaan, untuk menjadi “Buddha,” Penyelamat bagi rakyatnya.
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh tim penerjemah Potowa Center.

Informasi batu permata / mulia (gemstone)

Membeli batu permata dan perhiasan batu permata bisa menegangkan. Halaman ini berisi informasi yang berguna tentang cara menaksir nilai perhiasan sehingga Anda dapat menjadi batu permata pembelanja brilian diberdayakan. Pastikan untuk memeriksa halaman khusus untuk setiap batu permata Anda tertarik
Kualitas batu permata tergantung pada karakteristik yang berbeda. Empat dari mereka dapat dengan mudah diingat sebagai 4 C: Warna, Kejelasan, Cut dan Carat.
Warna (Color)
Ini mengacu pada warna batu permata. Secara umum, semakin bersemangat, kuat dan indah warnanya, semakin berharga batu. Ini kekuatan dalam warna sering disebut "Intensitas" Contoh intensitas warna:
Aspek lain dari warna batu yang dapat mempengaruhi nilainya jarang sekali tertangkap. Misalnya, topaz emas-merah muda (Imperial Topaz) lebih berharga daripada topaz biru, semua karakteristik lain sama. Hal ini karena lebih sulit untuk menemukan topaz warna ini.
Perhatikan bagaimana efek warna nilai Amethyst.
Terlalu Light Amethyst: batu ini adalah warna, sangat pucat membosankan tidak menarik. Oleh karena itu, relatif kurang berharga. Better Amethyst Warna: Warna di sini adalah lebih kuat dan lebih menarik, meskipun tidak "warna atas." Beberapa orang-orang seperti warna ini lebih baik. Hal ini mudah ditemukan. Warna terbaik Amethyst: Ini adalah ideal dan paling berharga warna untuk kecubung. Hal ini intens, gelap dan indah. Warna Langka di Amethyst. Berkedip merah dalam kecubung membuatnya sangat jarang dan berharga. Sebuah batu besar warna ini akan perintah harga atas.
Kejelasan (Clarity)
Kejelasan mengacu pada jumlah "inklusi" atau kotoran yang ada di batu. Jika Anda dapat melihat melalui batu dengan pandangan terhalang dari segi dasar (disebut paviliun), itu adalah batu yang jelas. Inklusi biasanya mineral lain yang telah terperangkap di dalam kristal seperti yang membentuk. Kejelasan juga dipengaruhi oleh keretakan internal.
Secara umum, semakin jelas batu itu, semakin berharga itu adalah:
Berikut adalah beberapa contoh perbedaan dalam kejelasan safir
Miskin Kejelasan: batu ini hampir kabur. Kita tidak bisa melihat ke dalamnya, dan tidak dapat kita melihat cahaya refleksi atau bercahaya dari dalam karena deposit mineral tebal (inklusi) di dalamnya. Safir kejelasan ini adalah umum dan kurang berharga Kejelasan Layak: Kita bisa melihat ke sapphire ini agak: kedalaman warna dan cahaya yang mencerminkan dari beberapa aspek. Daerah berawan putih masih menghalangi keindahan dan membuatnya kurang berharga. Kejelasan Khas: safir ini jelas tidak sempurna, tapi kita bisa menangkap cahaya dari sebagian besar aspek bawah. Ini adalah perwakilan dari apa yang banyak tersedia di pasar dan harga menengah (tergantung juga pada warna, potong dan ukuran) Baik karena Gets. Wow. Sebuah safir sangat bagus, yang sejauh mata bisa mengatakan sangat jelas. Kita melihat ke seluruh batu dan menangkap banyak cahaya pantulan. Sapphire seperti ini jarang terjadi dan harga atas perintah.
Ada beberapa pengecualian namun. tertentu seperti batu permata zamrud yang hampir tidak pernah benar-benar jelas, sehingga kejelasan memainkan peran kecil dalam nilainya. Bahkan ada kasus di mana inklusi tertentu dapat membuat batu yang lebih bernilai.
Potongan (Cut)
Potongan batu juga sangat penting. Hal ini lebih umum untuk melihat potongan buruk daripada melihat pemotongan yang baik, terutama di batu yang sangat berharga. Pemotongan baik adalah salah satu yang simetris dan proporsional indah, dipoles dengan sempurna dan membuat hasil maksimal dari batu keindahan alam.
Ada berbagai bentuk batu permata yang dapat "dipotong"
Ragam (Faceted)
Ini adalah metode yang paling umum dalam perhiasan. Faceting memungkinkan untuk paling bersinar dan refleksi cahaya. . Sederhananya, Anda dapat memberitahu pemotongan yang baik (batu faceted) oleh seberapa baik berkilau. Sebuah batu dengan benar memotong memiliki aspek tersebut pada sudut tertentu untuk mencerminkan paling ringan mungkin. Hal ini karena pemotongan batu pada sudut reflektif terbaik sering berarti mengurangi ukuran dan berat dari batu.
Ini dipotong buruk: kita bisa melihat melalui itu ("mata ikan") dan tidak sparkle. Ini dipotong buruk: kita bisa melihat melalui itu ("mata ikan") dan tidak sparkle. dipotong ini lebih baik. Namun cahaya masih hilang melalui ke bawah Ini adalah dipotong sempurna. Lihat berapa banyak semakin berkilau?
Hanya batu yang relatif jelas dapat segi.
Dalam segi batu, ada luka yang berbeda. Berikut adalah beberapa contoh:
Putri, putaran brilian, bantal, lonjong, Marquis, jantung, zamrud, barrion, mewah
Bezel (memantulkan cahaya permukaan yang lebih)
Contoh potongan mewah: bintang tunggal, cekung, bintang
Sebuah batu permata baik proporsional akan terlihat kurang lebih seperti ini:
Cabochon
Lain gaya potong yang ditemukan di perhiasan batu permata adalah cabochons. Cabochon pemotongan secara luas digunakan untuk batu permata yang 1) kejelasan lebih rendah dan karenanya tidak akan mencerminkan banyak cahaya. Dan / atau 2) adalah warna yang luar biasa dan / atau 3) yang buram di alam (seperti opal atau onyx) dan atau 4) memiliki sifat optik khusus atau inklusi yang terbaik ditampilkan di cabochons (misalnya mata kucing atau bintang ruby) 5 ) terlalu lembut untuk dipotong dalam beragam bidang (moonstone, opal)
Tampilkan taksi vs vs titisan dari segi materi yang sama
Tampilkan bintang ruby, opal, perunggu, amythest berkualitas rendah, emerald (warna), moonstone
(Di bawah masing-masing, katakanlah mengapa cabochon)
Play Warna: opal biasanya dipotong en cabochon karena "bermain warna" lebih penting daripada kejelasan dan sparkle. Mereka juga lembut dan faceting membuat mereka lebih rentan. kejelasan Miskin: ini ruby (warna yang terbaik) terlalu termasuk (tidak melihat melalui) untuk membuat batu segi gemerlapan. Jadi memotong nya en cabochon terlalu memperlihatkan warna dan menyimpannya sebagai besar mungkin. Sifat Khusus: safir Bintang dipotong menjadi cabochons untuk memaksimalkan bintang alami yang dibuat oleh inklusi langka. Jika batu ini faceted, akan kehilangan bintang. Buram: Beberapa batu secara inheren tidak transparan, seperti pirus. Di sini tujuannya adalah untuk menampilkan warna dan pola yang menarik. batu Buram selalu dipotong menjadi taksi dan tidak segi.
Manik-manik (Beads)
Batu permata juga ditemukan dalam bentuk perhiasan manik-manik. Manik-manik datang dalam segala bentuk dan ukuran dan memiliki lubang di tengah yang memungkinkan mereka untuk digantung. manik-manik batu permata mirip dengan cabochons dalam bahwa mereka menggunakan batu-batu yang tidak jelas cukup untuk menjadi segi, dan umumnya kurang berharga. Selalu ada pengecualian namun: salah satunya adalah mutiara. Mutiara yang berharga seperti manik-manik karena mereka hanya mengatur. (Link ke mutiara).
Cara mengidentifikasi manik-manik yang berharga. Cari:
Keteraturan dalam bentuk
Simetri (lubang harus tepat di tengah atau jelas ke satu sisi karena suatu alasan)
Kelancaran cat (tidak ada chip, goresan atau bagian dinyatakan kasar)
Berikut adalah jenis batu yang sama, Aquamarine, potong menjadi bentuk yang berbeda.
Manik - manik (Beads):Manik-manik ini dari Aquamarine adalah berawan (kejelasan miskin) dan warna kusam. Mereka dibuat menjadi manik-manik karena ini dan ukuran kecil mereka. Cabochon: batu ini terlihat lebih baik dipotong en cabochon karena akan mengurangi kilau inklusi, tetapi dalam bentuk potongan ini mereka membuatnya menarik. Faceted: batu ini benar-benar jelas dan kualitas tinggi yang cukup untuk menjadi segi. Segi membuat batu bersinar dan bersinar yang terbaik.
Karat (Carat)
Ketika datang ke batu permata, hal ukuran. Semua yang lain sama, semakin besar batu itu, semakin berharga itu. Dalam perdagangan grosir permata, permata sering harga per karat. Masuk akal karena itu bahwa lebih karat, nilainya lebih. Namun, tidak berhenti di situ. Faktor tambahan nilai adalah kelangkaan batu besar. Ini berarti bahwa batu yang lebih besar, semakin tinggi harga per karat. Sebagai contoh, ruby 1 karat dengan warna yang bagus dan mungkin memotong biaya $ 700. Tapi ruby 5 potong serupa karat dan warna tidak akan dikenakan biaya $ 3.500 (5 x $ 700); mungkin biaya $ 10.000. Hal ini karena sangat langka untuk menemukan sebuah batu delima yang adalah 5 karat. Efeknya bahwa ukuran memiliki harga dan nilai ditentukan oleh betapa langkanya batu besar. Misalnya, potongan yang sangat besar dan topaz amethyst relatif mudah untuk menemukan makna bahwa harga batu besar tidak secara eksponensial lebih tinggi.
Nah yang ini C adalah yang paling penting? Jika Anda memilih batu yang paling intens berwarna atau batu terbesar? Tergantung pada jenis batu. Setiap C memiliki berbagai tingkat pentingnya tergantung pada batu itu, tetapi semua mereka berperan untuk tingkat tertentu.
Keanehan / Keunikan
Faktor lain nilai sebuah batu permata adalah keunikannya. Ini berarti warna-warna biasa atau pola dalam batu atau inklusi langka dan menarik atau pengotor. Hal-hal ini sering dihargai dan dihargai oleh adat, perhiasan baik, tetapi diabaikan oleh grosir. Mungkin sulit untuk "mendapatkan kesepakatan yang benar-benar baik" hanya akan oleh 4 C karena semua orang yang membeli dan menjual batu permata dan perhiasan batu permata profesional pergi oleh mereka untuk menilai nilai. Tapi jika Anda seorang pengamat hati-hati, Anda mungkin dapat melihat sesuatu yang khusus dalam sebuah batu yang orang lain telah terjawab.
Menarik inklusi: Ini adalah bagian sederhana dari kuarsa: sama sekali tidak langka. Namun, pengamat dari batu ini akan melihat kebun seperti inklusi mineral lainnya dan membayar harga tinggi untuk sesuatu yang begitu unik dan menarik. Warna Band: Cara bermain di batu warna dapat membuat materi khusus, unik dan karena itu berharga bagi orang yang tepat, seperti halnya dengan turmalin semangka. inklusi rutil: potongan sederhana lain kuarsa, tetapi berbentuk bintang inklusi rutil membuatnya menarik dan lebih berharga untuk sebuah perhiasan halus atau kolektor.
Mitos
"Memotong mempengaruhi nilai tidak dalam gaya potong, tetapi kualitas potong, kecuali sangat rumit pemotongan mewah.
Simbologi
Saat berbelanja batu permata atau perhiasan batu permata, Anda bisa mempertimbangkan mempertimbangkan arti batu yang berbeda. Batu mulia selalu memiliki makna mendalam khusus bagi hampir setiap kebudayaan manusia di setiap era. Jika Anda membeli batu permata batu permata atau perhiasan bagi seseorang sebagai hadiah, Anda dapat membuatnya istimewa dengan memilih salah satu makna yang lebih dalam mengingatkan Anda dari mereka. Baca melalui halaman simbologi dari batu permata di situs ini untuk mengeksplorasi kekuatan yang lebih dalam dan signifikansi masing-masing batu.
Real atau palsu?
Kekhawatiran yang sangat umum saat berbelanja untuk batu permata (terutama dari vendor berisiko seperti penjualan garasi) adalah apakah perhiasan batu permata adalah "nyata."
Ternyata tidak begitu sederhana untuk mengatakan batu adalah "nyata" atau palsu ": ada kontinum tentang sejauh mana manusia mempengaruhi batu permata. Beberapa dari mereka dapat melihat jika Anda tahu apa yang harus dicari, orang lain perlu gemologists terlatih dan peralatan khusus. Berikut ini adalah rangkuman poin-poin yang berbeda pada kontinum antara
Batu permata "palsu" dan "asli":
Imitasi: Ini adalah apa yang bisa paling cukup disebut "palsu". Bila ada sesuatu yang dibuat agar terlihat seperti batu permata yang sesungguhnya adalah substansi yang sama sekali berbeda - yang imitasi. Sebagai contoh, bayangkan Anda berada di sebuah pasar loak dan Anda melihat sebuah cincin dengan batu "cantik merah" dan penjual memberitahu Anda itu adalah suatu ruby. Namun, bila Anda bawa untuk mendapatkan penilaian Anda menemukan itu kaca. Kau dijual tiruan "" atau "palsu" Catatan tentang palsu.: Skenario ini terdengar bencana dan mungkin membuat Anda sangat takut pernah membeli perhiasan batu permata, namun sebenarnya, hal itu jarang terjadi. Jual perhiasan palsu (dan mengklaim itu nyata) adalah penipuan. Karena seperti batu permata adalah produk yang sensitif (mahal dan misterius), reputasi adalah segalanya. Jual satu batu palsu bahkan setelah 25 tahun menjual perhiasan yang baik bisa menghancurkan penghidupan penjual dengan menghancurkan reputasi mereka selamanya. Oleh karena itu, yakinlah bahwa kebanyakan orang yang profesional atau batu permata perhiasan penjual akan melakukan segala yang mungkin untuk memastikan mereka tidak menjual sesuatu yang palsu. Untuk informasi lebih lanjut tentang cara untuk mengidentifikasi batu permata imitasi, read more pada halaman individu batu permata.
"Sintetik /" Dibuat ": batu permata sintetik" nyata "batu permata dalam komposisi mineral mereka adalah persis sama seperti yang di alam. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa mereka dibuat oleh manusia dalam waktu singkat versus oleh alam selama ratusan ribu tahun. Dibuat batu selalu kurang berharga dari batu alam karena mereka kurang langka. Secara umum, batu diciptakan hanya tersedia untuk batu permata yang lebih mahal seperti berlian, rubi, safir dan jamrud. Salah satu contoh dari sebuah batu permata yang diterima secara luas dibuat adalah mutiara berbudaya: sangat umum bahkan di perhiasan paling elit.
Seorang penjual terkemuka (siapa pun dengan apa pun kehilangan) selalu akan menyatakan apakah batu tersebut sintetis. Tapi jika Anda tidak yakin, salah satu cara untuk membentuk menebak terdidik untuk mengamati kejelasan. Buatan batu biasanya jauh lebih bersih dan jelas dari batu alam. Jadi jika Anda melihat ruby berkilau terang jelas, sapphire atau emerald yang tidak terlalu mahal, Anda dapat bertaruh bahwa itu adalah sintetis.
Pilih dari zamrud dan zamrud asli (nyata) bukan sintetis.
pengganti Fair: Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa CZ (Cubic Zirkonium) adalah berlian "palsu". Sebenarnya, Kubik Zirkonium adalah orang (yang dibuat) batu permata dalam dirinya sendiri. Ini hanya dapat disebut "palsu" jika penjual label sebagai berlian. Jika seseorang telah memberi Anda perhiasan dengan CZ itu tidak palsu: itu adalah CZ nyata.
Ditangani / ditingkatkan: Banyak batu permata akan menjalani semacam perawatan antara waktu mereka ditambang dan waktu mereka mencapai Anda. Perlakuan ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan penampilan batu (warna atau kejelasan). Perawatan meliputi pemaparan terhadap suhu sangat tinggi, iradiasi, panas atau radiasi dikombinasikan dengan bahan kimia lain (misalnya titanium), meminyaki, dan waxing. Diobati batu permata tidak dianggap kurang berharga selama pengobatan dianggap "permanen" oleh organisasi gemological relevan. Itu berarti bahwa pengobatan yang tidak akan "hilang" dengan waktu. Dalam beberapa jenis batu permata, perawatan sangat umum bahwa hampir mustahil untuk menemukan satu yang tidak diobati. Rubi adalah sebuah contoh dari ini. batu permata lainnya tidak bisa ada tanpa perawatan, misalnya Mystic topaz. Baca lebih lanjut tentang perawatan pada halaman batu permata individu.
Alam: Kata Alami biasanya digunakan untuk berarti bahwa batu permata itu datang bukan buatan manusia. Ini tidak selalu berarti tidak diobati. Kata ini, bagaimanapun, tidak memiliki makna standar dan sering disalahgunakan. Jadi jika Anda melihat kata "alami" dalam deskripsi sebuah batu permata Anda tertarik untuk membeli, terus membaca atau mengajukan pertanyaan.
Asli: Kata ini biasanya berarti bahwa bukan "palsu". Tidak memiliki implikasi yang dari bumi "alami" atau "diobati". Sebagai contoh, biasanya untuk melihat deskripsi perhiasan yang berisi kata "Genuine menciptakan ruby" Ini hanya berarti bahwa suatu ruby mineralogically..
Diobati (diperbaiki) / poles : Bila Anda melihat kata ini dalam deskripsi perhiasan, Anda dapat mengetahui bahwa Anda melihat sesuatu yang langka (tergantung pada batu). Jika Anda melihat "diobati" ruby untuk dijual, maka akan sangat berharga dan mahal. "Diobati" atau topaz aquamarine warna intens juga langka dan sangat istimewa. Namun, jika Anda lihat "diobati" kecubung, itu bukan masalah besar karena kecubung sangat tersedia tidak diobati. Pelajari lebih lanjut tentang perlakuan batu permata individu pada halaman yang relevan dari situs ini.
Sebuah Ruby tidak diobati: rubi tidak diobati hampir selalu disertakan (kecuali mereka berada di museum atau dengan label harga 6 digit). rubi tidak diobati jarang dan berharga Sebuah Diobati Khas Ruby: Ini adalah apa yang biasanya Anda temukan di pasar untuk batu rubi: Alam, diperlakukan, dan dengan kejelasan sempurna. Kejelasan berkisar agak sedikit: kita benar-benar pada penjual untuk memberitahu kami apa tentang perawatan. J Ruby Sintetis. ruby ini terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Bila Anda berada di Wal-Mart dan Anda melihat earings ruby yang jelas dan terang merah sebesar $ 59, Anda tahu bahwa mereka sintetis (tag biasanya akan mengatakan hal yang sama)
Di mana Anda membelinya:
Toko atau merek perhiasan yang memiliki efek pada nilai. Sebuah Cartier atau cincin Tiffany akan menjadi lebih mahal daripada Zales atau cincin Benolds, bahkan jika mereka mengandung kualitas "sama" batu. Hal ini tentu saja karena dari merek dan desain. Namun, nilai batu permata perhiasan desainer lebih mungkin untuk mempertahankan nilai yang tinggi selama berabad-abad dari berbagai merek menengah. Oleh karena itu, meskipun tampaknya counter intuitif, mungkin memberikan nilai yang lebih tinggi untuk uang dalam jangka panjang untuk membeli karya desainer lebih mahal.
Appraisals vs DIJUAL KEMBALI: Berapa batu permata Anda membeli nilainya?
Ini cukup populer untuk memiliki perhiasan "dinilai" untuk melihat berapa banyak itu berharga. Biasanya penilai akan mengevaluasi dan mengukur logam dan berbagai karakteristik yang dijelaskan di atas dan menetapkan nilai eceran itu wajar. Harga ini bisa mewakili apa yang akan / seharusnya dibayar untuk itu.
Namun, ada perspektif lain tentang nilai. Seorang profesor keuangan pernah berkata, "Ada yang hanya bernilai apa yang orang lain akan membayar untuk itu" Pada batu permata, harga jual kembali sering secara signifikan lebih rendah dari nilai dinilai.. Ini berarti bahwa meskipun Anda "punya banyak" karena Anda dibayar kurang dari nilai yang telah dinilai, itu tidak berarti Anda bisa berbalik dan menjualnya dengan mendapatkan keuntungan. Bahkan, Anda akan lebih besar kemungkinan mengambil kerugian. Hal ini terutama karena pasar sekunder batu permata dan perhiasan batu permata yang dianggap lebih berisiko dan tanpa merasa non-nyata faktor baik belanja perhiasan baru di sebuah toko perhiasan.
Ini juga berarti bahwa kesepakatan yang sangat baik dapat ditemukan dalam membeli perhiasan tangan kedua.
Anda sendiri Rasanya:
Aspek terakhir dari sebuah batu permata yang nilainya menentukan seberapa banyak Anda menyukainya. batu permata adalah untuk kesenangan. Jika Anda pikir ini indah dan itu membuat Anda bahagia atau mengingatkan Anda tentang orang yang Anda cintai atau sesuatu yang istimewa dalam hidup Anda, sangat berharga. Batu permata yang sangat tua, kadang-kadang jutaan tahun: mereka dapat berkuasa penuh semangat dan emosional sehingga sangat penting untuk memilih batu permata yang Anda merasa tertarik dan tersambung dengan, bahkan jika tidak terlalu langka atau mahal. Sebagai contoh, banyak orang cinta safir biru tua: mereka tampaknya dalam dan misterius. Orang-orang dengan rasa seperti sedang beruntung karena batu mereka cinta deras tersedia!

Kebajikan dan Belas Kasih

Pada zaman Tiongkok Kuno ada seorang petani mempunyai seorang tetangga yang berprofesi sebagai pemburu dan mempunyai anjing-anjing yang galak dan kurang terlatih. Anjing-anjing itu sering melompati pagar dan mengejar-ngejar domba-domba petani. Petani itu meminta tetangganya untuk menjaga anjing-anjingnya, tetapi ia tidak mau peduli. Suatu hari aning-anjing itu melompati pagar dan menyerang beberapa kambing sehingga terluka parah.
Petani itu merasa tak sabar, dan memutuskan untuk pergi ke kota untuk berkonsultasi pada hakim Bao. Hakim Bao mendengarkan cerita petani itu dengan hati-hati dan berkata, “Saya bisa saja menghukum pemburu itu dan memerintahkan dia untuk merantai dan mengurung anjing-anjingnya. Tetapi Anda akan kehilangan seorang teman dan mendapatkan seorang musuh. Mana yang kau inginkan, teman atau musuh yang jadi tetanggamu?” Petani itu menjawab bahwa ia lebih suka mempunyai seorang teman.
“Baik, saya akan menawari Anda sebuah solusi yang mana Anda harus manjaga domba-domba Anda supaya tetap aman dan ini akan membuat tetangga Anda tetap sebagai teman.” Mendengar solusi hakim Bao, petani itu setuju.
Ketika sampai di rumah, petani itu segera melaksanakan solusi hakim Bao. Dia mengambil tiga domba terbaiknya dan menghadiahkannya kepada tiga anak tetangganya itu, yang mana ia menerima dengan sukacita dan mulai bermain dengan domba-domba tersebut. Untuk menjaga mainan baru anaknya, si pemburu itu mengkerangkeng anjing pemburunya. Sejak saat itu anjing-anjing itu tidak pernah menggangu domba-domba pak tani.
Di samping rasa terima kasihnya kepada kedermawanan petani kepada anak-anaknya, pemburu itu sering membagi hasil buruan kepada petani. Sebagai balasannya petani mengirimkan daging domba dan keju buatannya. Dalam waktu singkat tetangga itu menjadi teman yang baik.
RENUNGAN:
Sebuah ungkapan Tiongkok Kuno mengatakan, “Cara Terbaik untuk mengalahkan dan mempengaruhi orang adalah dengan kebajikan dan belas kasih.”

nasehat Arya Nagarjuna

Tidak ada perhiasan yang menyamai kebajikan, tidak ada penderitaan yang menyamai khawatir, tidak ada perlindungan yang menyamai kesabaran, tidak ada teman yang sama dengan kemurahan hati. 
[ Arya Nagarjuna]

tentang Survival

Survival berasal dari kata survive yang berarti bertahan hidup. Survival adalah mempertahankan hidup di alam bebas dari hambatan alam sebelum mendapat pertolongan. Sedangkan menurut pengertian lain, survival adalah suatu kondisi dimana seseorang / kelompok orang dari kehidupan normal ( masih sebagaimana direncanakan ) baik tiba - tiba atau disadari masuk ke dalam situasi tidak normal ( di luar garis rencananya ).
Orang yang melakukan survival disebut survivor. Survival yang biasa dilakukan yaitu di hutan / alam bebas sehingga disebut jungle survival. Survival terjadi karena adanya kondisi darurat yang disebabkan alam, kecelakaan, gangguan satwa, atau kondisi lainnya.
Setiap huruf dari kata survival merupakan singkatan dari langkah - langkah yang harus kita ingat dan lakukan yaitu:
S : Size up the situation
U : Undue haste makes waste
R : Remember where you are
V : Vanguish fear and panic
I : Improve
V : Value living
A : Act like native
L : Learn basic skill
Secara umum aspek - aspek dalam kondisi survival dibagi tiga yang saling mempengaruhi dan berkaitan yaitu aspek psikologis ( panik, takut, cemas, sepi, bingung, tertekan, bosan ), aspek fisiologis ( sakit, lapar, haus, luka, lelah ), dan aspek lingkungan ( panas, dingin, kering, hujan ).
1. Komponen pokok survival terdiri atas:
- sikap mental berupa hati yang kuat bertahan hidup, mengutamakan akal sehat, berpikir jernih dan optimis
- kondisi fisik yang fit dan kuat
- tingkat pengetahuan dan ketrampilan
- pengalaman dan latihan
- perlengkapan berupa survival kit
2. Langkah - langkah survival
- jika tersesat lakukan tindakan pedoman STOP ( Seating, Thinking, Observation, dan Planning )
- lakukan pembagian tugas kepada anggota kelompok
- tetap berusaha mencari pertolongan
- hemat terhadap penggunaan makanan, minuman dan tenaga
- hindari dan jauhi masalah - masalah yang mungkin timbul yaitu dari diri sendiri, orang lain dan alam.
3. Kebutuhan dasar survival
a. Air
Syarat - syarat fisik air bersih yang layak untuk diminum adalah tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Sumber air antara lain mata air, sungai, air hujan, embun, tumbuhan ( rotan pisang, lumut, akar gantung, kantung semar ), hasil kondensasi tumbuhan, dan air galian tanah.
b. Makanan
Saat sumber makanan yang dibawa semakin berkurang, kita dapat memanfaatkan sumber makanan dari alam berupa flora ( tumbuhan ) dan fauna ( hewan ). Bagian tumbuhan yang dapat dimakan adalah buah, batang, daun, dan akar ( umbi ). Hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tumbuhan:
- hindari tumbuhan berwarna mencolok
- hindari tumbuhan bergetah putih, kecuali yang sudah dikenal aman dimakan
- mencoba mencicipi sedikit atau mengoleskan ke kulit.. biasanya tumbuhan yang berbahaya akan menimbulkan efek gatal, merah dan panas pada tubuh
- variasikan makanan yang dimakan untuk menghindari akumulasi zat yang mungkin buruk bagi kesehatan -jangan memakan tumbuhan yang meragukan untuk dimakan.
Hampir semua unggas dan ikan dapat dijadikan sumber makanan, begitu juga dengan beberapa serangga, reptil, dan mamalia. Kendala utama untuk mendapatkan hewan - hewan liar tersebut adalah cara menangkapnya. Oleh karena itu perlu membuat perangkap ( trap ) untuk mempermudah menangkap hewan liar tersebut.
c. Shelter
Shelter adalah tempat perlindungan sementara yang dapat memberikan kenyamanan dan melindungi dari panas, dingin, hujan dan angin. Shelter dapat menggunakan alam seperti gua, lubang pohon dan celah di batu besar. Selain itu dapat dibuat dari tenda, plastik dan ponco atau menggunakan bahan dari alam seperti daun - daunan atau ranting.
d. Api
Api berguna untuk penerangan, meningkatkan semangat psikologis, memasak makanan dan minuman, menghangatkan tubuh, mengusir hewan buas, membuat tanda / kode, dan merokok. Sumber api berasal dari korek api, lup / teropong, menggosok - gosokkan kayu dengan kayu, membenturkan logam dengan logam atau batu. Ada hal lain yang menentukan lamanya kita berada pada kondisi survival, yaitu keputusan apakah kita akan menetap ( survival statis ) atau bergerak keluar mencari bantuan ( survival dinamis ).

VYAGHRI JATAKA

Kelahirannya Berkaitan Dengan Kisah Tentang Harimau
Belas kasih Sang Buddha menjangkau seluruh makhluk hidup. Belas kasihnya yang sempurna, tiada terlukiskan serta tak terbatas. Dikumandangkan dalam seluruh kelahiran masa lampaunya. Sebelum menjadi seorang Buddha, Bodhisattva dalam rangkaian kelahirannya yang terlalu banyak untuk diingat, berdasarkan kebijaksanaannya, memberkati dunia dengan tiada terhitung peragaan belas kasihnya, yang ditunjukkan melalui perbuatan dana, kata-kata yang menyenangkan, pertolongan serta kesamaan antara ucapan dengan perbuatannya.
Dalam salah satu kelahirannya, Bodhisattva terlahir dalam keluarga brahmana yang dihormati karena kemurnian sila serta ketekunan ibadahnya. Sebagai hasil dari penimbunan kebajikan dalam kehidupan lampaunya, ia mendapati dirinya bergelimang dalam kekayaan, kedudukan dan kemasyhuran.
Sebagai pemuda, kedalaman kepandaiannya dicapai berkat kegigihannya dalam belajar. Dengan segera ia mahir dalam seni serta pengetahuan yang sangat hebat hingga bahkan para brahmana menghormatinya Sebagai suri teladan, seperti kitab-kitab sendiri; bagi para kesatria perang, ia dihormati laksana seorang raja. Bagi mereka yang haus akan pengetahuan, ia tampak sebagai mata air pengetahuan yang tak akan pernah kering; dan bagi rakyat banyak, ia bagaikan seorang dewa.
Namun demikian dirinya tak merasa senang pada kekuasaan, kekayaan ataupun kemasyhuran. Karma masa lalunya dan perenungannya terhadap Dharma yang terus-menerus, telah membuat batinnya murni; ia melihat segala sesuatu dengan jelas bahwa penderitaan yang tiada akhirlah yang menyertai kebahagiaan duniawi, di samping sikap penolakan terhadap samsara memang telah mengakar dalam dirinya. Tanpa ragu, ia menjauhkan diri dari kehidupan rumah tangga, seolah seperti suatu penyakit, pindah ke tempat pengasingan di hutan sepi, yang kemudian menjadi terhias dengan kehadirannya.
Di tempat tersebut, bebas dari keterikatan dan seimbang, ia memancarkan ketenangan batin. Ia mempengaruhi bahkan orang-orang duniawi yang tak tertarik pada kebajikan sekalipun, membuat mereka berpaling dari keterikatannya terhadap perilaku jahat. Kebijaksanaan serta kebajikan beliau tersebar ke segala penjuru, melembutkan bahkan hati seekor binatang yang sangat buas sekalipun, hingga mereka berhenti saling menyakiti satu sama lain; sebaliknya, bahkan mulai menjalani hidup seperti sang pertapa. Melalui kekuatan kemurnian sila, pengendalian indriawi, kepuasan dan belas kasihnya, Bodhisattva, pada saat tak berhubungan dengan makluk-makhluk duniawi, tetap menunjukkan belas kasihnya kepada semua makhluk.
Mengingat bahwa keinginannya hanya sedikit, sikap kepura-puraan tidak dikenalnya; penghormatan, perolehan dan ketenangan, tidak menarik baginya. La bahkan membuat kagum para dewa, yang datang kepadanya untuk menyampaikan hormat. Mendengar tentang penolakan duniawi yang dilakukannya, para sahabat dekat yang telah tertarik padanya karena kebajikannya, meninggalkan keluarga mereka dan bergabung menjadi siswanya. la menerima mereka dengan senang hati dan mengajari mereka apa yang disebut sebagai tingkah laku utama, rasa puas, penyucian indriawi, sikap sadar, ketidakterikatan, meditasi pada maitri karuna serta ajaran-ajaran semacam lainnya.
Kenyataan kebahagiaannya menarik para siswa yang memiliki sifat-sifat seperti dirinya. Dan melalui ajaran-ajarannya, sebagian besar dari para siswanya berhasil mencapai realisasi serta berdiam dalam kebajikan, dengan demikian pintu yang menuju ke alam rendah telah ditutup dan gerbang kebahagiaan telah terbuka lebar.
Pada suatu hari, Mahasattva, dengan diiringi oleh seorang siswanya bernama Ajita, pergi menyusuri jalan menuju ke gunung, ke tempat yang sesuai untuk melakukan meditasi. Ketika mereka melintasi sebuah jurang yang tertutup semak belukar, ketenangan mereka terganggu oleh suara geraman binatang buas.
Bodhisattva mencarinya melalui jalan setapak di tepi jurang menuju ke sebuah ngarai kecil yang berada jauh di bawah, lalu melihat seekor harimau muda yang bermata sayu dan bertubuh lunglai. Jelas sekali bahwa ia lemas, sudah tidak makan selama beberapa hari disebabkan karena kesulitan sehabis melahirkan. Tersiksa oleh rasa lapar, ia mulai menatap anaknya sendiri untuk diterkam. Bodhisattva melihat bahwa anak harimau yang kehausan, dengan tanpa rasa takut, penuh rasa percaya, mendekati ibunya yang menatapnya dengan tajam dan menggeram seolah-olah ia anak harimau lain.
Tergetarlah hati Bodhisattva, bagaikan pohon besar yang terguncang oleh gempa bumi, terguncang oleh derita yang dilihatnya. Demikianlah orang yang sungguh berbelas kasih tersentuh oleh penderitaan kecil makhluk lain, bahkan tak menghiraukan penderitaan berat dirinya sendiri.
Didorong oleh belas kasihnya yang besar, ia berkata kepada siswanya: "Oh, lihatlah betapa buruknya mengasihi diri sendiri; seorang ibu akan memakan anaknya demi memuaskan rasa laparnya! Demikianlah, teman ketidakpantasan di dalam samsara. Siapakah yang kemudian akan menuruti kecintaannya pada diri sendiri, bila mereka melihat apa yang akan diakibatkannya! Cepatlah pergi dan carikan mereka makanan, agar ia tidak menyakiti anaknya sendiri, dengan begitu juga tidak menyakiti dirinya sendiri. Aku akan berusaha menghalanginya sampai engkau kembali."
Siswanya pergi seperti yang diperintahkannya, tak menyangka bahwa Bodhisattva menjauhkan dirinya dengan alasan yang sama sekali berbeda. Karena Bodhisattva berpikir;
"Mengapa aku harus mencari daging dari tubuh makhluk lain bila tubuhku sendiri tersedia? Mencari daging makhluk lain belum dapat dipastikan, dan aku akan kehilangan kesempatan untuk menolong. Tubuh sesungguhnya lemah, tak memuaskan, selamanya kotor dan penyebab derita. Sungguh bodoh tak menggunakannya demi kebajikan makhluk lain.
Hanya dua alasan yang membuat orang mengabaikan penderitaan makhluk lain, yaitu adanya keterikatan, dan ketidaksanggupan untuk memberikan yang dibutuhkan. Sebaliknya aku tidak merasa tenang selagi makhluk lain menderita; bilamana aku mempunyai kemampuan untuk menolong, mengapa aku tidak melakukannya?
Bahkan bila mereka yang menderita itu telah melakukan suatu kejahatan yang berat, aku tak dapat menahan apa yang kumiliki; hatiku akan terbakar oleh rasa sesal tiada terkira, seperti semak kering yang dilalap api. Karenanya, aku akan mencegah penyebab penderitaan ini dengan menjatuhkan diriku sendiri dari atas tebing ini. Tubuhku akan mencegah harimau itu memakan anaknya sendiri dan menghindarkan anak-anaknya mati ditaring ibunya.
Perbuatan ini akan membesarkan hati mereka-mereka yang berusaha untuk menolong dunia, sekaligus menjadi teladan bagi mereka Yang lemah dalam berusaha. Ini akan diingat oleh mereka yang mengerti arti kemurahan hati, dan akan memacu pikiran kebajikan. Perbuatan ini akan membuat kecewa Mara dan menggembirakan para sahabat yang memiliki sifat-sifat Kebuddhaan, membuat malu mereka yang mementingkan diri sendiri, sombong serta penuh nafsu. Ini akan memberikan dorongan keyakinan kepada para praktisi Mahayana, membuat bingung mereka yang mencela kemurahan hati. Pada saat yang sama, ini akan membersihkan jalan menuju kelahiran di alam surga bagi mereka yang senang dalam beramal dana. Aku akan memenuhi kehendak agungku, yaitu membawa kebajikan bagi makhluk lain menggunakan tubuhku sendiri, dengan demikian aku akan dapat mencapai Pencerahan Agung.
Sebagaimana matahari yang memupus kegelapan dan membawa terang, demikian pula semoga perbuatan ini mengakhiri penderitaan dunia, membawa kebahagiaan selama-lamanya. Aku tidak melakukan perbuatan ini demi pujian atau harapan akan kedudukan, bukan pula demi ketenaran serta kebahagiaan yang kekal, perbuatan ini semata-mata demi kebajikan seluruh semesta, sehingga kebahagiaanniya akan terus berkembang setiap kali kisah ini dituturkan."
Selanjutnya, untuk membuat takjub bahkan para dewa yang cinta kedamaian, Bodhisattva menjatuhkan dirinya dari bibir bukit, dengan demikian telah memberikan hidupnya sendiri. Tubuhnya, saat membentur bumi, menimbulkan suara gaduh yang mengejutkan harimau, mengurungkan niatnya yang semula, lalu mencari dan menemukan Bodhisattva, ia kemudian mulai memakannya.
Ajita segera datang dengan tangan kosong tak dapat menemukan daging apa pun. ia memanggil-manggil gurunya, akan tetapi tak ada jawaban yang terdengar. Lalu pandangannya jatuh ke arah bawah, ia menyaksikan gurunya sedang disantap oleh harimau. Rasa sedih serta duka memenuhi hatinya, namun demikian ia merasa takjub pada perbuatan tiada mementingkan diri luar biasa yang begitu agungnya.
"Betapa berbelas kasihnya Sang Mahasattva terhadap makhluk hidup yang sengsara, dan betapa bedanya terhadap nasib dirinya sendiri! Betapa berani dan perwira wujud balas kasihnya! ia memiliki sila kebajikan sempurna, melampaui segala keagungan makhluk lain. Tubuhnya, yang begitu berharga oleh kebajikannya, kini telah berubah menjadi bejana yang patut untuk dipuja setinggi-tingginya.
Betapa tegar dan seimbang batinnya, sekokoh bumi, namun demikian ia begitu tergetar oleh penderitaan makhluk lain! Betapa tak sempurnanya batinku sendiri bersikap terhadap perbuatan agungnya Yang penuh keberanian ini. Sesungguhnya, makhluk hidup tak perlu lagi menderita dalam perlindungannya. Berdasarkan kekuatan penolakan samsaranya, ia menaklukkan segala penderitaan dan juga Mara, sumber segala keinginan, yang tak akan bangkit dengan mudah, telah ditundukkan serta dikalahkan. Mari memuja dengan berbagai cara kepada Mahasattva atas kebajikannya yang tiada taranya dan tiada terhingga, karena dialah pelindung bagi semua makhluk."
Dalam ketakjubannya atas perbuatan agung Bodhisattva, para siswanya bersama-sama dengan para Gandharva, Yaksa, Naga dan para Raja Dewa menutupi tanah tempat harta tulang belulang Bodhisattva dengan untaian bunga, kain warna-warni, hiasan permata serta serbuk cendana. Memenuhi angkasa dengan lantunan puji-pujian, mereka takjub atas perbuatan tanpa keakuan yang telah dilakukan oleh Bodhisattva.
Dalam kisah ini, kita dapat mengetahui bagaimana Sang Buddha, bahkan dalam kehidupannya yang lampau, telah menunjukkan sikap belas kasihnya kepada semua makhluk. Melihat belas kasih agung yang demikian, menimbulkan keyakinan tak tergoyahkan kepadanya, dan dengan keyakinan ini timbullah kesukacitaan yang tertuju pada Sang Buddha. Dengan jalan inilah keyakinan dikembangkan.
Kisah ini juga berguna dalam menjelaskan mengapa kita harus mendengarkan ajaran dengan seksama, karena Dharma diperoleh melalui berbagai kesulitan besar. Tergerak oleh kisah yang seperti ini, orang dapat memuji kemuliaan belas kasih yang akan membawa pada perbuatan yang mendatangkan kebajikan bagi semua makhluk.