Selasa, 03 Juni 2008

Shang, Dinasti Paling Awal Yang Tercatat Dalam Sejarah di Tiongkok

Di kalangan keilmuan Tiongkok, Dinasti Xia dianggap sebagai dinasti yang paling awal pada zaman kuno Tiongkok, namun data-data sejarah tentang Dinasti Xia pada pokoknya didasarkan pada catatan atau penuturan pada zaman sesudahnya dan sejauh ini belum terbukti secara kuat oleh hasil galian arkeologi. Dinasti pertama zaman kuno Tiongkok yang dapat dibuktikan secara kuat oleh data arkeologi adalah Dinasti Shang. Berikut akan kami perkenalkan Dinasti Shang sebagai dinasti paling awal yang tercatat dalam sejarah di Tiongkok.

Dinasti Shang yang didirikan kira-kira pada abad ke-16 sebelum Masehi dan runtuh pada abad ke-11 sebelum Masehi berlangsung kurang lebih 600 tahun. Pada masa awalnya, Dinasti Shang pernah beberapa kali memindahkan ibukotanya sampai pada akhirnya menjadikan Yin (di sekitar Anyang Provonsi Henan sekarang ini) sebagai ibukota. Hasil penelitian arkeologi membuktikan bahwa pada masa awal Dinasti Shang, peradaban Tiongkok sudah bekembang sampai taraf yang cukup tinggi dengan ditandai oleh aksara yang dikukir pada tempurung kura-kura atau tulang binatang serta kebudayaan perunggu. aksara pada tempurung kura-kura atau tulang itu ditemukan dengan sangat kebetulan. Pada awal abad ke-20, petani di Desa Xiaotun sebelah barat laut Anyang Provinsi Henan menjual tempurung kura-kura dan tulang binatang yang ditemukannya secara kebetulan sebagai bahan obat tradisional Tiongkok. Ada sarjana yang mengenali huruf kuno yang terukir di atasnya, maka mulailah mereka mencarinya. Tak lama kemudian, para ahli aksara kuno Tiongkok memastikan aksara yang terukir di atas tempurung kura-kura dan tulang itu adalah huruf Dinasti Shang, dan memastikan Desa Xiaotun sebagai Yinxi, peninggalan puing bekas tempat kedudukan ibukota Dinasti Shang yang disebut-sebut dalam buku zaman kuno. Penemuan dan penggalian Yinxi adalah penemuan arkeologis yang terpenting pada abad ke-20 di Tiongkok. Sejak penggalian yang pertama pada tahun 1928, di patilasan itu telah tergali banyak benda budaya yang berharga, antara lain, tempurung kura-kura dan tulang binatang berukirkan aksara kuno dan alat-alat perunggu. Aksara yang terukir di tempurung kura-kura dan tulang binatang adalah aksara zaman kuno. Pada Dinasti Shang, raja akan menujumkan baik buruknya sebelum melakukan sesuatu. Tempurung kura-kura dan tulang binatang adalah alat nujum. Sebelum dipakai, tempurung kura-kura dan tulang binatang harus diolah dengan dibersihkan darah dan daging yang melekat padanya, kemudian digergaji dan diasah rata. Setelah itu, di balik tempurung kura-kura atau tulang binatang dibuat goresan-goresan yang teratur dengan alat pisau. Penujum atau dukun mengukir namanya, tanggal nujum dan pertanyaan di atas tempurung atau tulang, kemudian goresan-goresan pada tempurung dan tulang itu disulut dengan api. Goresan-goresan itu akan retak terbakar, dan retakan-retakan itu dinamakan "zhao" atau "alamat dan pertanda". Dukun akan menganalisa arah retakan itu dan mendapat hasil nujum, lalu mengukir di atas tempurung kura-kura dan tulang binatang tentang tepat atau tidaknya nujum itu. Setelah nujum itu terbukti, tempurung kura-kura dan tulang binatang berukirkan kata-kata nujum itu disimpan sebagai arsip resmi. Sejauh ini di Patilasan Yinxi telah ditemukan lebih 160.000 keping tempurung kura-kura atau tulang binatang, di antaranya, ada yang masih utuh, ada pula yang berupa pecahan tanpa huruf yang terukir. Menurut statistik, jumlah berbagai huruf pada tempurung dan tulang itu kira-kira 4.000 lebih, dan yang sudah dibuktikan para ilmuwan melalui penelitian berjumlah sekitar 3.000. Dari sekitar 3.000 huruf itu yang dapat terbaca dan dijelaskan artinya hanya seribu lebih. Selebihnya tidak terbaca dan tidak diketahui artinya atau tafsiran para ilmuwan jauh berseberangan. Biarpun demikian, melalui seribu lebih huruf itu sudah dapat secara garis besar mengetahui keadaan politik, ekonomi , kebudayaan dll pada Dinasti Shang. Karya khusus penelitian paling awal tentang aksara pada tempurung kura-kura dan tulang binatang ditulis oleh Liu E yang terbit pada tahun 1913. Studi Tentang Huruf Pada Tempurung Kura Kura dan Tulang Binatang, karya Guo Moro, sejarawan dan sasterawan Tingkok yang terkenal pada tahun 1929 adalah karya khusus lainnya yang penting. Pakar yang kompeten di bidang penelitian ini antara lain Profesor Qiu Xikui dari Universitas Peking dan Profesor Li Xueqin dari Institut Sejarah Tiongkok. Sebagaiman halnya aksara pada tempurun kura-kura atau tulang binatang, alat-alat perunggu juga merupakan benda paling representatif dari Dinasti Shang. Pengecoran alat-alat perunggu pada Dinasti Shang sudah mencapai taraf teknik yang cukup tinggi. Alat-alat perunggu yang tergali dari patilasan Yinxi sudah ribuan, di antaranya, tripot persegi yang tergali di petilasan Yinxi pada tahun 1939 beratnya 875 kilogram, tingginya 133 sentimeter, panjang 110 sentimeter dan lebar 78 sentimeter. Bentuknya sangat megah dan merupakan salah satu karya masa puncak budaya alat perunggu. Hasil penggalian arkeologi dan penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa pada masa Dinasti Shang, negara sudah terbentuk dan sistem hak milik swasta juga sudah ditegakkan pada pokoknya. Sejak itu, sejarah Tiongkok memasuki zaman peradaban.


tambahan info :

http://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Shang

Tidak ada komentar: