Minggu, 19 Juli 2009

[Dharmajala] PENGENALAN TENTANG LAMRIM (1)

bodhimanggala. Sun, 15 May 2005 01:18:39 -0700

PENGENALAN TENTANG LAMRIM

Abstract

Lamrim adalah suatu tradisi pengajaran yang sangat penting dalam Buddhisme Tibetan, khususnya dalam tradisi Kadam dan Gelug. Ajaran ini sangat luas, mendalam, mencakup seluruh ajaran Buddha Shakyamuni -baik Sutra maupun Tantra- disusun secara sistematis sehingga menjadi lebih mudah untuk dipelajari dan dipahami. Ajaran ini sangat bermanfaat, baik bagi pemula maupun praktisi Buddhisme tingkat lanjut sekalipun.

Pendahuluan

Lamrim berasal dari kata Lam dan Rim. Lamrim adalah sebuah presentasi dari Jalan (Lam), menjelaskan semua poin-poin yang disusun secara sistematik, sesuai urutan (Rim): pertama-tama lakukan ini, selanjutnya lakukan itu. Jalan ini yang menuntun kita menuju ke Pencerahan diajarkan oleh Buddha Shakyamuni sendiri. Secara umum,

Lamrim adalah suatu tradisi pengajaran, yang secara literal berarti "Tahapan-tahapan jalan". Di dalamnya, Anda akan menemukan semua instruksi penting yang dipraktikkan oleh para pengikut Buddhis di manapun. Pada kenyataannya, jalan yang diajarkan guru Buddha ini adalah jalan yang juga dipraktikkan sendiri oleh Beliau untuk mencapai pencerahan. Ajaran Lamrim adalah suatu ajaran yang terdiri dari semua hal yang anda perlu pelajari, praktikkan, dan selesaikan, untuk mencapai tingkat ke-Buddha-an dengan usaha Anda sendiri.

Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa Lamrim adalah sebuah instruksi yang memadatkan berbagai jenis ajaran Buddha Shakyamuni yang diperuntukkan bagi semua praktisi Dharma, bahkan untuk pemula sekalipun. Lebih lanjut beliau mengibaratkan Lamrim seperti sebuah makanan siap saja, yang siap untuk dimakan tanpa memerlukan persiapan apapun sebelum dimakan. Lamrim disajikan dengan cara sedemikian rupa sehingga dimungkinkan untuk segera mempraktikkannya. Susunan/urutannya tepat dan ia menjelaskan apa yang perlu anda meditasikan pertama kali, bagaimana cara memeditasikannya, apa yang harus dilakukan jika muncul suatu halangan selama meditasi dan bagaimana melanjutkan ke langkah berikutnya.

Asal mula, silsilah dan penyebab munculnya ajaran Lamrim

Ajaran Buddha ini sedemikian banyaknya sehingga termuat dalam kitab suci yang nampaknya tak terhitung jumlahnya. Hal ini karena selama lebih dari 45 tahun, Buddha telah mengajar dan mempunyai pengikut yang sedemikian banyaknya, yang kepada mereka ini, beliau mengajarkan Dharma mulia pada berbagai kesempatan di berbagai tempat. Terlebih lagi, ajaran yang diberikan beliau selalu disesuaikan dengan harapan, watak / sifat, dan tingkat pengertian serta intelektual para pendengarnya yang berbeda-beda. Beberapa dari ajaran beliau diperuntukkan bagi para pemula, beberapa untuk orang yang telah cukup `matang' (dalam hal perkembangan spritualnya), beberapa untuk para praktisi Theravada, juga untuk para praktisi Mahayana, dan beberapa lagi untuk para siswa Mahayana beliau yang paling lanjut

(dalam hal pengetahuan maupun pemahaman serta realisasi atas ajaran Mahayana). Guru Buddha bahkan mengajar di tempat-tempat lain selain di alam manusia, seperti di alam naga, tempat kediaman para dewa maupun setengah dewa.

Salah satu point utama yang harus kita pahami tentang sekumpulan ajaran yang sangat banyak ini adalah bahwa semua ini merepresentasikan suatu tubuh instruksi yang konsisten yang harus dipelajari dan dikuasai setiap orang yang ingin mencapai pencerahan.

Terdapat orang-orang yang memiliki pandangan keliru tentang apakah Lamrim itu, mereka mengira bahwa Lamrim adalah sebuah teks atau ajaran yang ditemukan oleh YM Atisha atau YM Je Tsongkhapa. Tentu saja hal ini tidak tepat. Pada kenyataannya, dikatakan bahwa semua ajaran Sang Buddha termuat di dalam Lamrim sedemikian hingga mereka adalah ajaran-ajaran yang dapat menuntun seseorang untuk merealisasikan pencerahan. Sang Buddha memberikan 84 ribu jenis ajaran, namun ajaran yang terpenting adalah Sutra Kesempurnaan Kebijaksanaan, yang memiliki beberapa versi, di antaranya 100.000 ribu baris, 25.000 baris, 8.000 baris, dan yang tersingkat dikenal dengan sebutan Sutra Hati (Heart Sutra).

Sutra Kesempurnaan Kebijaksanaan memuat esensi semua ajaran Sang Buddha Shakyamuni. Terdapat dua tingkatan makna di dalam isi sutra tersebut. Isi yang eksplisit menjelaskan tentang topik yang mendalam, yaitu Shunyata atau kekosongan, dan isi yang implisit menjelaskan tentang jalan/topik ekstensif. Kedua tingkatan ajaran ini diturunkan kepada dua pemegang silsilah. Jalan yang mendalam diturunkan kepada Arya Manjushri oleh Buddha Shakyamuni, yang merupakan sumber dari Silsilah Jalan yang Mendalam. Jadi Silsilah ini berawal dari Buddha Shakyamuni, kemudian diturunkan ke Manjusri, lalu ke Nagarjuna. Selanjutnya beliau menurunkan instruksi ini kepada Aryadeva, Candrakirti dan guru-guru besar lainnya. Jalan yang ekstensif diturunkan kepada Arya Maitreya, membentuk silsilah Jalan yang Ekstensif. Dari Arya Maitreya, silsilah ini berlanjut ke Arya Asanga dan kemudian diturunkan ke para guru dan lama lainnya, di antaranya YM Serlingpa Dharmakirti. Kedua silsilah ini ditransmisikan kepada YM Atisha yang kemudian menyatukannya. Kedua silsilah ini mentransmisikan dua aspek utama dari jalan menuju pencerahan, yaitu aspek kebijaksanaan dan aspek metode.

Seluruh ajaran Buddha adalah metode untuk menuntun kita mencapai pembebasan, lepas dari eksistensi yang berulang-ulang (samsara) atau pencerahan sempurna demi kepentingan semua makhluk. Aspek kebijaksanaan menyebabkan seseorang mencapai pembebasan dari samsara. Sedangkan aspek metode atau aspek ekstensif memberikan kita sarana untuk mencapai pencerahan demi kepentingan semua makhluk. Secara ringkas, aspek metode berkaitan dengan ajaran untuk mempraktikkan aktivitas Bodhisattva yang sangat luas, sedangkan aspek kebijaksanaan berkaitan dengan instruksi yang memberikan perhatian utama pada sifat ajaran Buddha yang mendalam dan terperinci.

Kedua aspek ini terkandung di dalam Sutra-sutra Kesempurnaan Kebijaksanaan, aspek kebijaksanaan subyek yang eksplisit (jelas terlihat) sedangkan aspek mendalam atau metode adalah subyek yang implisit (makna tersembunyi).

Dari YM Atisha, silsilah Lamrim ini berlanjut ke siswa utama beliau, yaitu YM Dromtonpa. Dari YM Dromtonpa, timbul kembali 3 silsilah yang berbeda, hingga pada akhirnya disatukan kembali oleh YM Je Tsongkapa. Silsilah yang tak terputuskan ini kemudian sampai ke Dagpo Rinpoche Jamphel Lhundrup yang kemudian diteruskan oleh YM Pabongka Rinpoche. Dua siswa utama beliau adalah Kyabje Ling Rinpoche dan Kyabje Trijang Rinpoche yang merupakan guru utama dari HH Dalai Lama ke 14 dan juga guru utama dari Dagpo Rinpoche Jampa Gyatso (Dagpo Rinpoche yang sekarang)

Beberapa dari guru silsilah yang termasyur ini menyusun risalah (ringkasan yang sistematis) untuk membantu kita mempelajari dan mempraktikkan ajaran Buddha dengan lebih mudah. Sebuah teks yang dipandang sebagai cikal bakal dari seluruh teks Lamrim adalah Cahaya Penerang Jalan untuk mencapai Pencerahan, (Light of the Path to Enlightenment, skt: Bodhipathapradipam), yang ditulis oleh guru India termasyur sesaat setelah beliau tiba di Tibet pada awal abad ke 11. Dengan kata-kata dari Buddha sendiri sebagai sumbernya, karya ini menjadi teks akar/dasar untuk semua ajaran Lamrim lainnya yang ditulis oleh para guru bangsa Tibet. Karya ini sangat berguna karena Atisha telah menyusun ajaran Buddha ini dalam urutan yang logis, menggambarkan susunan langkah demi langkah, yang dapat dipahami dan dipraktikkan oleh siapapun yang ingin mengikuti jalan Buddha, apapun tingkat spritual yang dimilikinya. Selain itu, Atisha tidak hanya membawa ajaran Buddha ini ke Tibet, tetapi juga tradisi lisan dari ajaran-ajaran ini. Jadi hingga sekarang, tradisi lisan ini tetap hidup, ajaran ini diturunkan secara lisan dari guru ke murid, secara tak terputuskan, dari Buddha Shakyamuni sendiri hingga ke Guru-guru besar Buddhisme yang masa sekarang.

Ketika Atisha berkunjung ke Tibet, sekitar 15 abad setelah Guru Buddha wafat, banyak para pengikut Buddhis tidak lagi dapat menyerap / memahami sifat-sifat dasar dari ajaran-ajaran beliau. Situasi ini tidak hanya terjadi di Tibet saja. Di India, misalnya, para pengikut tradisi yang dikenal dengan Hinayana tidak menerima ajaran Mahayana sebagai suatu ajaran yang asli. Demikian juga, beberapa yang lebih menyukai ajaran Tantra mengkritik tradisi Sutrayana, sedangkan pengikut Sutrayana juga menolak praktek yang diajarkan dalam Buddhisme Tantra. Konflik demikian terjadi karena masing-masing pribadi gagal untuk memahami pemikiran Buddha secara utuh, mereka menumbuhkan kepercayaan yang salah tentang makna dari ajaran Buddha, mereka mengalami keragu-raguan tentang kebenaran ajaran Buddha ini. Melalui ajarannya ini (Cahaya Penerang Jalan, The Lamp of the Path Skt:Bodhipattapradipam), Atisha menyapu bersih semua halangan dan membangun kembali doktrin dari Buddha yang murni di Tibet. Otoritas dari ajaran Lamrim dari Atisha ini diterima di mana-mana tanpa penolakan maupun perbedaan pendapat dan argumen.

Banyak tulisan tentang Lamrim lain yang telah disusun oleh para guru silsilah masa sekarang. Kesemuanya ini, sekumpulan literature Tibetan adalah catatan sejarah dari tradisi Mahayana yang tak tenodai selama lebih dari 9,5 abad.

Beberapa lama setelah masa Atisha, kembali muncul pandangan salah yang mencemari ajaran Buddha. Pada abad ke 14, muncullah Je Tsongkapa yang Agung. Selama awal kehidupannya, beliau menyempurnakan pengetahuannya dan pada akhirnya mempraktikkannya dengan intensif serta mengajar, sehingga beliau terkenal sebagai guru yang sangat termasyur. Beliau juga memperoleh kemampuan untuk dapat berkomunikasi langsung dengan Manjushri dengan mudah seperti kita berbicara dengan manusia lain. Jadi beliau dapat memohon dan menerima instruksi dari `deiti' ini kapanpun beliau mau.

Karena kondisi Buddha Dharma di Tibet yang mengalami kemerosotan inilah, beliau kemudian menyusun karya agungnya, Tahapan Jalan yang Agung (The Great Stages Of the Path). Dengan menggunakan Cahaya Penerang Jalan karya Atisha sebagai teks dasar, beliau menggambarkan susunan sutra-sutra Buddhis serta komentar-komentar yang dibuat oleh para guru-guru India, dengan tujuan menghilangkan pandangan salah dan membangun jalan Mahayana yang sesungguhnya untuk mencapai pencerahan.

Tetapi menyadari bahwa sejumlah besar instruksi yang termuat di dalam karyanya terlalu banyak sehingga akan membuat sebagian besar praktisinya kewalahan, Raja Dharma yang Agung ini kemudian menyusun risalah yang lain. Tahapan Jalan yang Lebih Pendek, yang berisi hanya instruksi-instruksi Lamrim yang penting saja. Akhirnya, beliau menyusun Tahapan Jalan yang Ringkas (dikenal juga dengan Rangkaian Pengalaman-pengalaman), suatu puisi seperti himne, yang mendeskripsikan realisasi spritual yang beliau sendiri telah dapatkan. Ketiga karya ini dikenal dengan risalah yang luas, menengah, dan singkat, sering disebut Trilogi Lamrim dari Tsongkapa.

bersambung.....

Menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi SAAT INI di dalam diri saya maupun di luar diri saya.

Kami kembali tuk hidup dalam kekinian yang menakjubkan;

tuk menanami taman hati kami benih-benih kebajikan;

serta membuat fondasi pengertian dan cinta kasih yang kokoh.

Kami mengikuti jalur perhatian penuh,

latihan tuk melihat dan memahami secara mendalam

agar mampu melihat hakikat segala sesuatu,

sehingga terbebas dari belenggu kelahiran dan kematian.

Kami belajar tuk: berbicara dengan penuh cinta kasih, menjadi penuh welas asih, menjadi perhatian terhadap pihak-pihak lain pagi ataupun sore hari, membawa akar-akar suka cita ke banyak tempat, membantu sesama melepaskan kesedihan; dan tuk menanggapi dengan penuh rasa syukur kebajikan orang tua, para guru, serta sahabat-sahabat kami.

Sumber : http://www.mail-archive.com/dharmajala@yahoogroups.com/msg01247.html

Tidak ada komentar: