Minggu, 19 Juli 2009

[Dharmajala] PENGENALAN TENTANG LAMRIM (3)

bodhimanggala

Sun, 15 May 2005 01:23:49 -0700

Topik-topik dalam Lamrim

Topik-topik dalam Lamrim terdiri dari 14 topik besar yang disusun berdasarkan gerak maju yang logis.-. Urutan topik-topik yang harus dipelajari, direnungkan dan dimeditasikan ini disusun sedemikian rupa oleh para Guru besar Buddhisme India dan Tibet, dipelopori oleh YM Atisha dan diteruskan oleh YM Jey Tsongkhapa, sehingga.dapat membawa kemajuan batin bagi mereka yang mempraktikkannya. Setiap meditasi hendaknya dilakukan secara berurutan, langkah demi langkah. Namun tidak tertutup kemungkinan untuk memeditasikan topik-topik ini secara terpisah, bagian-bagian tertentu saja, ataupun berulang-ulang, setelah satu rangkaian meditasi dari awal sampai akhir, diulang dari awal lagi.

Topik ini dibagi berdasarkan motivasi dari para praktisinya, yaitu motivasi awal, motivasi, menengah, motivasi tertinggi.

Jalan yang mendasar adalah

1. Berbakti (bertumpu) kepada Guru.

Kita telah banyak belajar dari banyak guru di masa lampau, baik guru untuk urusan duniawi (guru matematika, guru fisika) maupun hal spiritual. Kita belajar dari mereka yang kita hormati dan kita junjung tinggi. Hal ini muncul karena kita mengenali dan menyadari kualitas agung dari guru-guru tersebut. Namun karena kekotoran batin

kita, kadang kala kita gagal mengenali kualitas seorang guru. Seorang guru yang berkualitas dan cocok bagi kita sangatlah jarang dan sungguh berharga. Jika kita cukup beruntung untuk mendapatkannya, kita akan dapat belajar dan mendapatkan realisasi dengan cepat jika kita mentaati dan melaksanakan instruksi mereka dengan sungguh-sungguh.

Dalam sutra 'Ornament of Mahayana' disebutkan tentang kriteria seorang guru Dharma (baik dalam hal sutra maupun tantra).

"bertumpu kepada seorang sahabat (maksudnya guru) yang mempunyai pengendalian diri (terlatih dalam Sila), tenang (telah menghilangkan semua gangguan mental melalui meditasi), diam (ini berhubungan dgn Panna/prajna alias wisdom). Mempunyai lebih banyak kebajikan, energik, terpelajar dalam kitab suci (tipitaka). Telah merealisasikan kesunyataan, diberkahi dgn kemampuan mengajar yang baik, mempunyai sifat welas asih, dan mengabaikan kelelahan/kelesuan.

2. Kelahiran Sebagai Manusia yang Berharga

Terlahir sebagai manusia adalah sesuatu yang sangat jarang dan sangat berharga. Hal tersebut tidak terjadi secara kebetulan belaka. Selain itu, tidak semua manusia seberuntung kita, dapat belajar dan praktik Dharma. Kita memiliki kesempatan untuk mengikuti jalan spiritual yang akan membawa kita menuju pembebasan sejati dan menjadi Buddha.

Dikatakan dalam Lamrim, terlahir sebagai manusia, kita mempunyai 8 kebebasan, yang dijelaskan oleh Nagarjuna sebagai berikut:

Menganut pandangan-pandangan yang salah, menjadi seekor binatang,

Setan kelaparan, atau terlahir di neraka,

Terlahir tanpa ajaran seorang Pemenang (Buddha)

Terlahir di suatu tempat yang jauh, atau sebagai seorang bar-bar,

Sebagai seorang idiot atau bisu sebagai seorang dewa yang berumur panjang

Yang manapun dari kelahiran-kelahiran ini adalah satu dari kedelapan Keadaan yang cacat dan tidak menguntungkan.

Karena Anda telah memperoleh suatu keadaan yang menguntungkan

Terbebas dari kelahiran-kelahiran tersebut, berusahalah untuk mencegah dirimu

Dari pernah terlahir lagi dalam keadaan-keadaan tersebut.

Kita juga memiliki 5 anugerah pribadi, yang dikatakan dalam teks Tingkatan-tingkatan Shravaka:

Menjadi seorang manusia dan terlahir di tempat Buddhis;

Mempunyai semua organ tubuh yang lengkap; tidak tersesatkan

Oleh kejahatan-kejahatan yang sangat keji; dan memiliki keyakinan.

Serta 5 anugerah yang berkaitan dengan orang lain.

Seorang Buddha telah datang dan mengajarkan Dharma;

Ajaran-ajaran masih ada dan diikuti;

Dan orang-orang lain secara umum memiliki cinta kasih dalam hati mereka.

Jalan yang ditempuh para mahkluk dengan motivasi awal adalah

3. Kematian dan Ketidakkekalan. (Death and Impermanence)

Kelahiran kita sebagai manusia yang sungguh bermanfaat ini adalah tidak kekal (impermanent). Hal ini dapat berakhir setiap saat. Memeditasikan hal ini akan mencegah kita menghambur-hamburkan waktu untuk menikmati kenikmatan duniawi yang bersifat sementara dalam kehidupan ini saja dan sebaliknya menyebabkan kita akan mengabdikan waktu kita untuk kepentingan kehidupan mendatang. Kita seharusnya memeditasikan tiga aspek tentang kematian, yaitu bahwa kematian itu pasti, waktu kematian tidaklah pasti, tidak ada yang dapat membantu kita, kecuali Dharma, ketika kita mati. Familiarisasi dengan kematian (mengenali dan mempelajari proses kematian) akan menyebabkan kita lebih mudah dalam menghadapi kematian.

4. Penderitaan di Alam-Alam Rendah

Setelah kita meninggal, kita tidak dapat memastikan di mana kita akan dilahirkan kembali. Dalam Buddhisme Tibetan dikenal 6 alam samsara, 3 alam tinggi dan 3 alam rendah. Ketiga alam rendah tersebut adalah alam neraka, alam hantu kelaparan, dan alam binatang. Di alam-alam tersebut kita akan mengalami penderitaan yang luar biasa, yang terberat tentulah penderitaan di alam neraka. Mungkin lebih mudah jika kita membayangkan penderitaan terlahir sebagai binatang, namun terlahir di neraka, kita akan mengalami penderitaan yang jauh lebih besar! Jika kita terlahir di alam-alam tersebut, hampir mustahil bagi kita untuk belajar Dharma, apalagi mempraktikkannya! Meditasi ini akan menyebabkan kita berusaha menghindari perbuatan-perbuatan buruk yang akan menyebabkan kita terlahir di alam-alam rendah ini.

5. Praktik berlindung kepada Triratna.

Meditasi akan kematian dan alam-alam rendah akan menyebabkan kita berpikir lebih lanjut. Bagaimana kita mengatasi penderitaan-penderitaan tersebut? Sebuah cara yang sangat kuat adalah dengan berlindung kepada Triratna. Dalam poin ini, Lamrim menjelaskan mengapa Triratna pantas menjadi objek perlindungan bagi kita, juga

menjelaskan bagaimana cara berlindung yang sesungguhnya (secara aktif dan bukan pasif). Dengan bantuan ketiga unsur dalam Triratna inilah, kita akan dapat mencapai ke-Buddha-an- sehingga kita tidak akan mengalami penderitaan lagi dan sebaliknya dapat menolong makhluk lain secara efektif dan efisien.

6. Hukum Tindakan dan Hasil (Karma)

Untuk mengakhiri penderitaan, kita harus mengerti penyebabnya. Hal ini dapat dipahami jika kita mempelajari dan mengerti tentang Hukum Sebab Akibat. Karena itu Karma adalah sebuah topik yang sangat penting dan menjadi salah satu ciri khas agama Buddha dalam tradisi manapun. Hukum karma hanya dapat dipahami secara menyeluruh oleh para Buddha. Namun, setidaknya kita dapat memahami bahwa ada 4

karateristik hukum karma. Pertama adalah bahwa karma itu pasti (akibat dari suatu tindakan sama dengan penyebabnya, jika berbuat baik, kita akan memperoleh kebahagiaan, dan sebaliknya). Yang kedua, karma itu dapat berlipat ganda-hasilnya lebih besar daripada penyebabnya, (seperti bunga bank!). Yang ketiga, kita tidak akan

mengalami akibat dari suatu perbuatan yang tidak kita lakukan, dengan kata lain, akibat tidak akan terjadi tanpa penyebab yang berkaitan. Yang keempat adalah kita tidak mungkin terhindari dari akibat dari perbuatan yang kita telah lakukan, atau akibat tidak akan hilang begitu saja.

Sebuah `karma sederhana' jika tidak merupakan jalan karma yang lengkap dapat mempunyai akibat yang lebih kecil dibandingkan dengan jalan karma lengkap, yang mempunyai akibat yang lebih serius. Ada 4 hal yang menyebabkan [karma] menjadi lengkap, yaitu Basis (landasan), proses pemikiran, perbuatan itu sendiri, penyelesaiannya. Juga dikenal ada 10 `perbuatan buruk' dan 10 `perbuatan baik'.

Kesepuluh hal utama yang dapat menyebabkan kita terlahir di alam-alam rendah adalah membunuh, mencuri, berbuat asusila, berbohong, berkata-kata yang dapat memecah belah suatu hubungan, berkata-kata kasar, gosip, bersifat serakah, mempunyai keinginan jahat, serta pandangan keliru. Kesepuluh perbuatan baik adalah `lawan' dari 10 hal di atas.

Jalan yang dilalui para makhluk dengan motivasi menengah.

7. Penderitaan Alam-alam tinggi

Pada poin ini, Lamrim akan menyadarkan kita bahwa tidak saja di alam-alam rendah saja kita akan mengalami penderitaan. Sesungguhnya di alam-alam tinggi pun kita akan mengalami penderitaan. Kita tentu akrab dengan penderitaan di alam manusia. Di setiap alam tinggi pun (alam dewa, alam setengah dewa, dan alam manusia), terdapat berbagai penderitaan, sesuai dengan alam yang bersangkutan. Dengan

memeditasikan penderitaan di alam tinggi ini, kita dapat membangkitkan suatu penolakan terhadap samsara secara keseluruhan atau renunsiasi (renunciation)-kita tidak akan mencari kebahagiaan semu di alam samsara, sebab semua itu tidaklah kekal.

8. Proses Samsara dan Pembebasan.

Bagaimana proses Samsara ini berlangsung secara terus menerus? Ada 12 mata rantai di dalam satu siklus kehidupan: ketidaktahuan, faktor-faktor pembentuk, kesadaran, nama dan rupa, enam indriya, kontak, perasaan, kemelekatan, keserakahan, eksistensi, kelahiran kembali, penuaan, dan kematian. Hubungan di antara elemen-elemen ini rumit tetapi hubungan tersebut harus dipatahkan untuk mencapai pembebasan. Secara khusus, kita harus mengatasi ketidaktahuan/kebodohan kita akan `diri'. Kita harus mengatasi kemelekatan ketika mereka timbul sebelum kemelekatan tersebut menjadi bertambah kuat.

9. Pengembangan Bodhicitta

Semua umat Buddha berusaha untuk menghindari menyakiti makhluk lain dan memiliki welas asih terutama kepada mereka yang menderita. Praktisi Mahayana mengambil tanggung jawab untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan. Kaum Mahayanis berusaha mencapai pencerahan karena hal tersebut merupakan cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan tersebut. Inilah motivasi Bodhicitta, yaitu berusaha mencapai pencerahan yang lengkap dan sempurna demi menolong semua makhluk mengatasi penderitaan dan mendapatkan kebahagiaan.sejati. bodhicitta adalah gabungan yang sempurna dari welas asih dan kebijaksanaan. Ada banyak metode untuk membangkitkan bodhicitta, seperti Latihan Batin Tujuh Poin dan Menukar diri dengan Makhluk Lain.

10. Enam Paramita.

Kita perlu menumbuhkembangkan keenam paramita dalam diri kita, yaitu Kemurah-hatian, sila, kesabaran, usaha yang bersemangat, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Inilah poin-poin utama yang harus dimiliki oleh seorang bodhisattva dalam usahanya mencapai ke-Buddha-an.

11. Empat cara untuk `menarik perhatian'

Empat hal ini berhubungan dengan enam paramita dan biasanya dianggap sebagai sifat dari seorang guru yang baik, yaitu bersifat murah hati (misalnya memberikan barang-barang yang dibutuhkan), berkata-kata yang menyenangkan/sopan (juga memberi semangat), mengajar sang jalan, dan memberikan contoh yang baik (melaksanakan sendiri apa yang diajarkan). Hal-hal ini merupakan basis untuk membawakan Dharma kepada orang lain dan merupakan pelengkap dari enam paramita dalam poin sebelumnya.

12. Meditasi ketenangan (Samatha)

Batin kita biasanya penuh dengan pikiran-pikiran yang liar yang menghalangi persepsi kita akan hal-hal yang sebenarnya terjadi. Kita berusaha untuk mendapatkan batin yang tenang melalui berbagai tahapan di antaranya: memfokuskan batin pada suatu objek, mendisplinkan batin, menjadi damai dan tentram/tenang, dan akhirnya mencapai konsentrasi satu titik dan absorpsi. Dua halangan utama yang harus diatasi adalah kemalasan dan `kegiuran' mental.

13. Meditasi Pandangan Mendalam (Vippasyana)

Dengan batin yang jernih, terbebas dari pola-pola pikiran yang `palsu', kita dapat membangun pandangan yang mendalam. Kita memeditasikan tentang sifat dari `diri' dan memastika ketidak-eksistensi-an nya sebagai sebuah entitas yang independent. Kita memeditasikan tentang kesunyataan dari fenomena-bahwa tidak ada sesuatu esistensi yang berdiri sendiri, yang murni, independent. Realisasi atas kesunyataan ini adalah penawar (antidote) bagi semua kekotoran batin kita

14. Kendaraan Kilat (Vajrayana)

Poin terakhir dalam Lamrim ini berkaitan dengan ajaran Tantra. Praktik ini adalah praktik khusus dan special di mana sebelum mempraktikkan, kita membutuhkan inisiasi dan juga harus mendapatkan bimbingan dari seorang guru yang kompeten ketika kita mempraktikkannya.

Daftar Pustaka:

1. Liberation In Our Hands Part I : The Pleminaries. Pabongka Rinpoche. A series of oral discourses by Pabongka Rinpoche Jampa Tenzin Trinley Gyatso. Transcribed and edited by Yongzin Trijang Rinpoche Losang Yeshe Tenzin Gyatso. Translated by Sera Mey Geshe Lobsang Tharchin with Artemus B. Engle. Mahayana Sutra and Tantra Press; 1994

2. Liberation in Our Hands. Commentary by Venerable Dagpo Rinpoche at Mon Dore-France August 2000. Revised edition, August 2003.

3. Liberation in the Palm of Your Hand: A Concise Discourse on the Path to Enlightenment. by Pha-Bon-Kha-Pa Byams-Pa-Bstan-Dzin-Phrin-Las-Rgya-Mtsho (Pabongka Rinpoche), Trijang Rinpoche (Editor), Michael Richards (Translator). Wisdom Publications. 1993.

4. The basics of Buddhism. An Introduction to the Lam Rim, Lam Rim Buddhist Centre South Africa

By Losang Nyima Surya Wijaya, Singapore, May 2004

copyright @kadamchoelingbandung

Jika ingin mengutip artikel di atas, cantumkan sumber yg jelas

Sumber : http://www.mail-archive.com/dharmajala@yahoogroups.com/msg01249.html

Tidak ada komentar: